BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usus besar adalah bagian dari sistim
pencernaan (digestive system) dimana materi yang dibuang (sampah) disimpan.
Rektum (rectum) adalah ujung dari usus besar dekat dubur (anus). Bersama,
mereka membentuk suatu pipa panjang yang berotot yang disebut usus besar.
Tumor-tumor usus besar dan rektum adalah pertumbuhan-pertumbuhan yang datangnya dari dinding dalam dari usus besar.
Tumor-tumor ramah dari usus besar disebut
polip-polip (polyps). Tumor-tumor ganas dari usus besar disebut kanker-kanker.
Polip-polip ramah tidak menyerang jaringan yang berdekatan dengannya atau
menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Polip-polip ramah dapat diangkat dengan
mudah sewaktu colonoscopy dan adalah bukan ancaman nyawa. Jika polip-polip ramah
tidak diangkat dari usus besar, mereka dapat menjadi ganas (bersifat kanker)
melalui waktu. Kebanyakan dari kanker-kanker usus besar dipercayai telah
berkembang dari polip-polip. Kanker usus besar dan rektum, juga dirujuk sebagai
kanker kolorektal ( colorectal cancer), dapat menyerang dan merusak
jaringan-jaringan dan organ-organ yang berdekatan. Sel-sel kanker juga dapat
pecah dan keluar dan menyebar pada bagian-bagian lain tubuh (seperti hati dan
paru-paru) dimana tumor-tumor baru terbentuk. Penyebaran kanker usus besar ke
organ-organ yang terletak jauh darinya disebut metastasis dari kanker usus
besar. Sekali metastasis telah terjadi pada kanker kolorektal (colorectal
cancer), suatu penyembuhan yang penuh dari kanker adalah tidak mungkin.
B. Rumusan Masalah
Apa
pengertian, etiologi, patofisiologi, pemeriksaan
diagnostik, pengkajian, dan asuhan keperawatan pada klien dengan Ca
kolon.
C. Tujuan
Mahasiswa
mampu untuk memahami
pengertian, etiologi, klasifikasi, stadium,
pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan
pada klien dengan Ca Kolon.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi kolon
Panjang kolon adalah sekitar 5-6-kaki, bagian berbentuk U bagian dari seluruh usus besar (saluran cerna bagian bawah). Secara definisi, caecum (dan appendix) dan ano-rektum, yang juga merupakan bagian dari usus besar, tidak termasuk dalam kolon.
Panjang kolon adalah sekitar 5-6-kaki, bagian berbentuk U bagian dari seluruh usus besar (saluran cerna bagian bawah). Secara definisi, caecum (dan appendix) dan ano-rektum, yang juga merupakan bagian dari usus besar, tidak termasuk dalam kolon.
Secara
embriologis, kolon berkembang sebagian dari midgut (kolon ascendens sampai
proksimal kolon transversum) dan sebagian dari hindgut (kolon transversum
distal sampai kolon sigmoid).
Pada
foto polos abdomen, kolon terlihat terisi dengan udara dan feses. Kolon
diidentifikasi dengan haustra (sakulasi irreguler incomplete).
Kolon ascendens
Kolon
ascendens (kanan) terletak vertikal di bagian paling lateral kanan dari rongga
perut. Ujung proksimal yang buntuyang berbentuk dari kolon ascendens disebut
caecum. Kolon ascendens berbelok tepat di bawah hati membentuk flexura coli
dextra / flexura hepatica dan menjadi kolon transversum, yang memiliki jalur
horizontal dari kanan ke kiri.
Kolon Transversus
Kolon
transversus kemudian berjalan terus ke kiri dan kemudian berbelok tepat di
bawah limpa membentuk flexura coli sinistra / flexura lienalis dan kemudian
menjadi kolon descendens (kiri) yang terletak vertikal di bagian lateral paling
kiri dari rongga perut. Kolon descendens mengarah ke kolon sigmoid yang
berbentuk V terbalik, yang kemudian menjadi rektum di setinggi Vertebra
Sacralis III. Kolon sigmoid ini disebut demikian karena bentuknya seperti huruf
S.
Usus paracolica
Kolon
bagian lateral, yaitu kolon ascendens dan kolon descendens adalah usus
paracolica bagian kanan dan kiri dari rongga peritoneal. Melalui usus
ini, cairan / nanah di perut bagian atas dapat menetes ke dalam rongga panggul.
Kolon ascendens dan descendens terkait dengan ginjal, ureter, dan pembuluh
gonad yang ada di dalam retroperitoneum di belakangnya; kolon ascending juga
terkait dengan duodenum.
Kolon transversus
dan kolon sigmoid
Kolon
transversus dan kolon sigmoid masing-masing memiliki mesenterium (yaitu,
mesokolon transversal dan mesokolon sigmoid), tetapi kolon ascendens dan kolon
descendens bersifat retroperitoneal, sementara caecum terletak intraperitoneal
tetapi menggunakan mesenterium ileum. Dasar mesokolon transversum terletak
horizontal di duodenum dan pankreas. Omentum major memiliki beberapa bagian,
termasuk 4-lapis omentum yang menggantung kolon transversum dan 2-lapis
ligamentum gastrocolic yang menghubungkan kurvatura mayor lambung dan kolon
transversum.
Flexura Lienalis
Flexura
lienalis melekat pada diafragma oleh ligamentum frenocolica. Tiga taenia coli
yang berjalan longitudinal terdapat pada caecum, kolon ascendens, kolon
transversum, kolon descendens, dan kolon sigmoid, tetapi tidak pada rektum.
Pada kolon ascendens dan descendens, taenia coli terdapat pada bagian anterior,
posterolateral, dan posteromedial. Terdapat omentumdari lemak yang
disebut appendix epiploicae yang melekat pada kolon.
Suplai darah
kolon
disuplai oleh arteri mesenterika superior melalui cabang arteri colica dextra
dan cabang arteri colica media dan oleh arteri mesenterika inferior melalui
arteri colica sinistra dan cabang sigmoid ganda. Cabang terminal arteri ini
yang memasuki dinding disebut vasa recta.
Serangkaian
terus anastomosis antara cabang distal dari arteri proksimal dan cabang
proksimal dari arteri distal berjalan di sepanjang perbatasan mesenterika dari
kolon dan disebut arteri marjinal. Arteri marjinal memungkinkan panjang panjang
usus harus dimobilisasi (misalnya, yang akan diambil sampai ke dada untuk
menggantikan kerongkongan).
Persimpangan
dua pertiga proksimal dan distal sepertiga dari kolon transversum, di mana
cabang-cabang terminal dari arteri mesenterika superior dan inferior bertemu,
adalah daerah aliran yang rentan terhadap iskemia.
Vena
mesenterika superior menyertai arteri mesenterika superior, tetapi vena
mesenterika inferior mengalir lebih tinggi dari asal dari arteri mesenterika
inferior; berjalan vertikal ke atas ke kiri dari persimpangan duodenojejunalis
dan memasuki vena lienalis atau persimpangan dengan yang vena mesenterika
superior untuk membentuk vena portal.
Gambaran Mikroskopik
Kolon memiliki 4 lapisan yang sama yang terdapat di sebagian besar saluran pencernaan: mukosa, submukosa, muskularis propria, dan serosa.
Mukosa termasuk epitel kolumnar dengan sejumlah besar mukus sel goblet (vili, yang terdapat di usus kecil, yang tidak terdapat dalam usus), lamina propria, dan mukosa muskularis. Lapisan submukosa berisi pembuluh darah dan saraf pleksus Meissner. Muskularis propria berisi otot sirkularis interna, otot longitudinal externa dan pleksus nervus myenteric (Auerbach). Taenia coli dibentuk oleh otot-otot longitudinal externa. Lapisan serosa dari kolon adalah peritoneum viseral.
Gambaran Mikroskopik
Kolon memiliki 4 lapisan yang sama yang terdapat di sebagian besar saluran pencernaan: mukosa, submukosa, muskularis propria, dan serosa.
Mukosa termasuk epitel kolumnar dengan sejumlah besar mukus sel goblet (vili, yang terdapat di usus kecil, yang tidak terdapat dalam usus), lamina propria, dan mukosa muskularis. Lapisan submukosa berisi pembuluh darah dan saraf pleksus Meissner. Muskularis propria berisi otot sirkularis interna, otot longitudinal externa dan pleksus nervus myenteric (Auerbach). Taenia coli dibentuk oleh otot-otot longitudinal externa. Lapisan serosa dari kolon adalah peritoneum viseral.
Variasi
Fisiologik
Kolon
transversum mungkin panjang dan berlebihan dan dapat turun ke dalam panggul.
Ujung dari loop sigmoid dapat melintasi garis tengah dan terletak di fossa
iliaka kanan. Diverticula (divertikula palsu yang mengandung herniasi mukosa
melalui cacat dalam otot) dapat hadir dalam kolon, terutama kolon kiri.
Variasi Patologik
Malrotasi
usus menghasilkan usus kecil berada di bagian kanan rongga perut dan usus besar
terletak di kiri. Atresia kolon adalah penyempitan atau bahkan hilangnya lumen
usus, mengakibatkan obstruksi usus pada neonatus.
Pemeriksaan kolon
kolon
dapat dievaluasi dengan kolonoskopi (endoskopi GI rendah) dan seri GI rendah
menggunakan media kontras radiologis (misalnya, barium, Gastrografin). Akhir
film barium tindak melalui studi juga dapat mengungkapkan kolon.
Dinding
kolon dan massa di kolon dapat dievaluasi dengan kontras yang disempurnakan
(kontras intravena dan dubur) computed tomography (CT). Rekonstruksi gambar CT
(CT colonography; kolonoskopi virtual) menyediakan pencitraan yang baik
sebaimana kolonoskopi. USG tidak berguna untuk evaluasi dari kolon.
B.
Definisi
Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau
tumor) massa yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi
tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas.
Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).
Kanker
kolon adalah suatu bentuk
keganasan dari masa abnormal/neoplasma
yang muncul dari jaringan
epithelial dari colon (Brooker, 2001).
Kanker
kolon/usus besar adalah
tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam
permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000).
Karsinoma atau kanker kolon
ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan daerah kolon
terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik;
tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).
C. Etiologi
Penyebab dari pada kanker
Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran pada usus besar
(Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat
dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan
organisasi kanker lainnya.
Faktor resiko telah
teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon :
- Usia lebih dari 40 tahun
- Darah dalam feses
- Riwayat polip rektal atau polip kolon
- Adanya polip adematosa atau adenoma villus
- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
- Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
- Usia lebih dari 40 tahun
- Darah dalam feses
- Riwayat polip rektal atau polip kolon
- Adanya polip adematosa atau adenoma villus
- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
- Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
Makanan-makanan yang pasti di
jurigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan kanker pada usus besar.
Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut,yang mempercepat
usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama
lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam
usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat
kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung
serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus
besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan
dan tinggi sayuran dan buah-buahan.
Makanan yang harus dihindari :
- Daging merah
- Lemak hewan
- Makanan berlemak
- Daging dan ikan goreng atau
panggang
- Karbohidrat yang
disaring(example:sari yang disaring)
- Makanan yang harus dikonsumsi:
- Buah-buahan
dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis (
seperti brokoli,brussels sprouts )
- Butir padi yang utuh
- Cairan yang cukup terutama air
Karena
sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama yang membahayakan
terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma Colon :
tubular,villous dan tubulo villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun
hampir besar kanker Colon berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma
Colon menjadi manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi
manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau
manigna tumor tidak diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter
yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan
adematus polip pada colon dan rektum. Resiko dari kanker pada tempat femiliar
poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis
atau penyakit Crohn’s juga mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan
resiko pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih tinggi terhadap
keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih besar
jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut.
D. Manifestasi Klinis
Gejala
sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan
defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala
dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahu penyebabnya, anoreksia,
penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi
sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam seperti
ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang
berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses,
konstipasi dan distensi) serta adanya datah merah segar dalam feses.
Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah
evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare
bergantian serta feses berdarah.
a)
Colon Asendens : nyeri, adanya massa, perubahan peristaltik usus, anemia
b)
Colon Transversum : nyeri, obstruksi, perubahan pergerakan usus dan anemia.
c) Colon Desendens : nyeri, perubahan pergerakan usus,
terdapat darah merah terang pada feses, obstruksi.
d) Rectum : terdapat darah di dalam feses,
perubahan peristaltik usus, ketidaknyamanan rectal.
E.
Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.
Tumor dapat menyebar melalui :
1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih (vesika …….urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah balik …….ke sistem portal.
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar …….(lapisan mukosa).
2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan …….mukosa.
3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang banyak …….terdapat di sekitar usus.
4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau …….bahkan ke organ-organ lain.
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.
Tumor dapat menyebar melalui :
1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih (vesika …….urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah balik …….ke sistem portal.
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar …….(lapisan mukosa).
2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan …….mukosa.
3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang banyak …….terdapat di sekitar usus.
4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau …….bahkan ke organ-organ lain.
F.
Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang …….menyebabkan hemorragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang …….menyebabkan hemorragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses
G. Pencegahan
Pencegahan Kanker Kolon.
1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan …….derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air …….besar.
6. Hidup rileks dan kurangi stress.
Pencegahan Kanker Kolon.
1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan …….derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air …….besar.
6. Hidup rileks dan kurangi stress.
H. Pemeriksaan penunjang
1. Endoskopi.
Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat
dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan
biopsi.
2.
Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang
dapat dikerjakan antara lain adalah : foto dada dan foto kolon (barium enema).
Pemeriksaan
dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan
mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan
pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang
kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara
umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
Computer
Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest
X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura.
Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura.
3. Ultrasonografi (USG).
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker
kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
4. Histopatologi/ Selain
melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat untuk
pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis. Gambaran histopatologi
karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi
sel.
5. Laboratorium. Tidak
ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap
pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda
tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan
karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa
digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan
titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan
buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis
terhadap shigella dan juga amoeba.
6. Scan (misalnya, MR1.
CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik,
identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.
7. Biopsi (aspirasi,
eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan
dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.
8. Jumlah darah lengkap
dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan anemia, perubahan pada sel
darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat atau berkurang.
9.
Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru
metastatik atau primer.
I.
Pengkajian
Pengkajian
adalah langkah awal dan dasar
dalam proses keperawatan
secara menyeluruh
(Boedihartono,
1994 : 10). Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000)
riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1.
Aktivitas/istirahat:
Gejala:
-
Kelemahan,kelelahan/keletihan
-
Perubahan pola istirahat/tidur malam
hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan
berkeringat malam hari.
-
Pekerjaan atau profesi dengan
pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2.
Sirkulasi:
Gejala:
-
Palpitasi
-
nyeri dada pada aktivitas
Tanda :
-
Dapat terjadi perubahan denyut nadi
-
Dapat terjadi perubahan tekanan darah.
3.
Integritas
ego:
Gejala:
-
Faktor stres(keuangan, pekerjaan,
perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok, … … minum
alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
-
Masalah terhadap perubahan penampilan
(alopesia, lesi cacat, pembedahan)
-
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak
berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
-
Menyangkal
-
menarik diri
-
marah.
4.
Eliminasi:
Gejala:
-
Perubahan pola defekasi
-
Darah pada feses
-
Nyeri pada defekasi
Tanda:
-
Perubahan bising usus, distensi
abdomen
-
Teraba massa pada abdomen kuadran
kanan bawah
5.
Makanan/cairan:
Gejala:
-
Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah
serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
-
Anoreksia, mual, muntah
-
Intoleransi makanan
Tanda:
-
Penurunan berat badan
-
Berkurangnya massa otot
6. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
- Gejala nyeri
bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit
7. Keamanan:
Gejala:
-
Komplikasi pembedahan atau efek
sitostika.
Tanda:
-
Demam
-
Lekopenia
-
Trombositopenia
-
Anemia
8. Interaksi social
Gejala:
-
Lemahnya system pendukung (keluarga,
kerabat, lingkungan)
-
Masalah perubahan peran sosial yang
berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
9. Penyuluhan/pembelajaran:
- Riwayat
kanker dalam keluarga
- Masalah
metastase penyakit dan gejala-gejalanya
- Kebutuhan
terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
- Masalah
pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari
J.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua
data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup yang berikut :
1.
Aktual/Resiko sefisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara
berlebihan
2.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat
obstruksi
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien,
status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai
dengan:
a)
Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
b)
Peningkatan bunyi usus
c)
Konjungtiva dan membran mukosa pucat
d)
Mual, muntah, diare
4.
Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
5.
Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
K.
Intervensi Dan Rasional
1.
Diagnosa : Resiko kekurangan volume
cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
Tujuan :
setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan dapatmempertahan
hidrasi adekuat.
Kriteria Hasil :
membran
mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda vital
stabil, dan secara individual mengeluarkan urine dengan tepat
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Awasi masukan
dan haluaran dengan cermat, ukur feses cair. Timbang berat badan tiap hari.
2.
Kaji tanda
vital (TD, Nadi, Suhu)
3.
Observasi kulit
kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian
kapiler lambat
4.
Pertahankan
pembatasan peroral, tirah baring; hindari kerja
5.
Observasi
perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah samar
6.
Kolaborasi
pemberian cairan paranteral, transfusi darah sesuai indikasi
7.
Kalaborasi
pemberian obat sesuai indikasi: Antiemetik, mis, trimetobenzamida (Tigan);
hidroksin (Vistaril); proklorperazin (Compazine), Antipiretik, mis,
asetaminofen (Tyenol), Vitamin K
|
1.
Memberikan
indikator langsung keseimbangan cairan
2.
Hipotensi,
takikardi, demam dapat menunjukkan respons terhadap dan/atau efek kehilangan
cairan
3.
Menunjukkan
kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi
4.
Kolon
diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus
5.
Diet tak
adekuat dan penurunan absorbsi dapat menimbulkan defisiensi vit. K dan
merusak koagulasi, potensial resiko pendarahan
6.
Mempertahankan
istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki
kehilangan/ anemia
7.
Digunakan untuk
mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi akut, Mengontrol demam, Merangsang
pembentukan protrombin hepatik, menstabilisasi koagulasi dan menurunkan
resiko perdarahan
|
2.
Diagnosa : Nyeri
berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
Tujuan:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang atau
skala nyeri berkurang.
Kriteria
Hasil :
Melaporkan
nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Dorong pasien
untuk melaporkan nyeri
2.
Izinkan pasien
untuk memulai posisi yang nyaman, mis lutut fleksi
3.
Berikan
tindakan yang nyaman ( pijatan punggung, ubah posisi) & aktivitas
senggang
4.
Dorong
penggunaan tekhnik relaksasi, mis, bimbingan imajinasi, visualisasi. Berikan
aktivitas tenggang
5.
Berikan obat
sesuai indikasi, mis, analgesik
|
1.
Mencoba untuk
mentoleransi nyeri, daripada meminta analgesic
2.
Menurukan
tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control
3.
Meningkatkan
relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan menigkatkan kemampuan koping.
4.
Membantu pasien untuk istirahat lebih
efektif dan memfokuskan kembali perhatian, sehingga menurunakan nyeri dan
ketidak nyamanan
5.
Menurunkan
nyeri, meningkatkan kenyamanan.
|
3.
Diagnosa
: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Tujuan:
setelah
dilskuksn tindakan keperawwatn selama 3x24 jam di harapkan kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi
Kriteria
hasil :
klien melaporkan selera makannya meningkat
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Pertahankan
tirah baring
selama
fase akut/pasca terapi
2.
Bantu perawatan
kebersihan rongga mulut (oral hygiene).
3.
Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang
sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa)
4.
Kolaborasi
pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)
5.
Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi
parenteral.
|
1.
Menurunkan
kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
2.
Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.
3.
Asupan kalori dan protein tinggi perlu
diberikan untuk mengimbangi status hipermetabolisme klien keganasan.
4.
Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12 dapat
mencegah anemia; pemberian asam folat mungkin perlu untuk mengatasi
defisiensi karen amalbasorbsi.
5.
Pemberian peroral mungkin dihentikan
sementara untuk mengistirahatkan saluran cerna.
|
4.
Diagnosa :
Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
Tujuan :
setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola eliminasi
klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan jumlah dan
konsistensi.
Kriteria
hasil :
klien
melaporkan sudah dapat b.a.b dengan teratur.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Pastikan
kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelunya
2.
Observasi
gerakan usus, warna, konsistensi, dan jumlah
3.
Berikan pelunak
feses, supositoria gliserin sesuai indikasi
|
1.
Membantu dalam
jadwal irigasi efektif untuk pasien dengan kolostomi
2.
Indikator
kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi
3.
Mungkin perlu
untuk merangsang peristaltik dengan perlahan/evakuasi feses
|
5.…Diagnosa
: Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
Tujuan:
Setelah dilkukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam menunjukkan rileks
Kriteria hasil :
Klien melaporkan penurunan
ansietas sampai tingkat dapat ditangani.
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Orientasikan
klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan.
2.
Eksplorasi
kecemasan klien dan berikan umpan balik.
3.
Tekankan bahwa
kecemasan adalah masalah yang lazim dialami oleh banyak orang dalam situasi
klien saat ini.
4.
Ijinkan klien
ditemani keluarga (significant others) selama fase kecemasan dan pertahankan
ketenangan lingkungan.
5.
Kolaborasi
pemberian obat sedatif.
6.
Pantau dan
catat respon verbal dan non verbal klien yang menunjukan kecemasan.
|
1.
Informasi yang
tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/ rasa
asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan
menerima situasi yang terjadi.
2.
Mengidentifikasi
faktor pencetus/ pemberat masalah kecemasan dan menawarkan solusi yang dapat
dilakukan klien.
3.
Menunjukkan
bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami oleh klien satu-satunya
dengan harapan klien dapat memahami dan menerima keadaanya.
4.
Memobilisasi
sistem pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan menurunkan kecemsan.
5.
Menurunkan
kecemasan, memudahkan istirahat.
6.
Menilai
perkembangan masalah klien.mendapatkan informasi keefektifan terapi yang
diberikan.
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau
tumor) massa yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi
tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas.
Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).
Kanker
kolon adalah suatu bentuk
keganasan dari masa abnormal/neoplasma
yang muncul dari jaringan
epithelial dari colon (Brooker, 2001).
Kanker
kolon/usus besar adalah
tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam
permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000).
Karsinoma atau kanker kolon
ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan daerah kolon
terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik;
tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).
B.
Saran
Demikianlah
makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita tentang
asuhan keperawatan klien dengan Kanker kolon. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih
baik lagi. Terima Kasih.
Daftar
Pustaka
Arif Muttaqin. 2011.
Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta
: Salemba Medika
Brunner
& Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Doenges,M.E.,
Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana
Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien,
Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
Processes Vol. 2/6 ed. (Brahm U Pendit : Penerjemah). Philadelphia : Mosby
Year
Smeltzer, Susan (2001. Brunner and
Suddarth Textbook of Medical Surgical Nursing.
Price, A Sylvia. Anderson. (1997). Pathophysiology
Clinical Concepts Of Desease
Tidak ada komentar:
Posting Komentar