BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah kesehatan terus
berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
masyarakat yang dinamis, semakin memacu tenaga kesehatan untuk terus
meningkatkan kuantitatif dan pelayanan dalam upaya mencapai tujuan pembangunan
kesehatan. Walaupun pengetahuan semakin berkembang tapi bisa saja dalam
menangani suatu penyakit tidak begitu efisien, apalagi dengan pasien post
operasi harus memerlukan penanganan yang berkompetent. Pada pasien post operasi
laparatomi seorang pasien memerlukan perawatan yang maksimal demi mempercepat
proses kesembuhan luka pasca bedah bahkan penyembuhan fisik pasien itu sendiri.
Pengembalian fungsi fisik pasien post-op laparatomi dilakukan segera setelah
operasi dengan latihan napas dan batuk efektf, latihan mobilisasi dini.
Laparatomi adalah suatu potongan
pada dinding abdomen seperti caesarean section sampai membuka selaput perut.
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan
kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut. Tujuan
perawatan post laparatomi antara lain: Mengurangi komplikasi akibat pembedahan,
mempercepat penyembuhan, mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti
sebelum operasi, mempertahankan konsep diri pasien dan mempersiapkan pasien
pulang, hal inilah yang membuat pasien dengan pasca bedah memerlukan perawatan
yang maksimal.
Post operasi laparatomi yang
tidak mendapatkan perawatan maksimal setelah pasca bedah dapat memperlambat
penyembuhan pasien itu sendiri. Laporan departement kesehatan Indonesia (DEPKES
RI) laparatomi meningkat dari 162 pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun
2006 dan 1.281 kasus pada tahun 2007.
Dengan melihat kondisi pasien
post operasi laparatomi yang memerlukan perawatan maka perlu dilakukannya
intervensi dengan maksud untuk mengurangi tegangan melalui latihan pernapasan
dan mobilisasi dini untuk mempercepat proses kesembuhan dan kepulangan pasien
serta dapat memberikan kepuasan atas perawatan yang diberikan.
Teknik relaksasi, relaksasi
progresif dengan dan tanpa ketegangan otot dan teknik manipulasi pikiran
mengurangi komponen fisiologis dan emosional stres. Teknik relaksasi adalah
perilaku yang diperlajari dan membantu waktu penelitian dan praktek. Snyder dan
Egan menemukan teknik relaksasi sebagai metode utama untuk menghilangkan stres,
tujuannya untuk menghasilkan respon yang dapat memerangi respon stres. Pada
pasien post operasi latihan napas dalam, bantu batuk dan menekan insisi
meningkatkan ekspansi paru maksimal dan alat pembersihan jalan napas sehingga
menurunkan resiko atelektasis, pneumonia.
Perawat menganjurkan klien untuk
melakukan ambulasi lebih awal, sebagian besar klien diharapkan dapat melakukan
ambulasi setelah pembedahan bergantung pada beratnya pembedahan dan kondisi
klien. Pemberian posisi post operasi untuk mencegah terjadinya kontraktur
pinggul dan lutut sangat penting, latihan pascaoperasi, latihan tentang gerak
dimulai segera mungkin. Ubah posisi secara periodik dan ambulasi sedini mungkin
meningkatkan pengisian udara seluruh segmen paru, memobilisasi dan mengeluarkan
sekret.
Organ-organ pada saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran
urogenital dan saluran reproduksi merupakan organ tubuh yang berada di ruang
abdomen. Semua organ tersebut dapat ditemukan dengan menggunakan teknik operasi
laparotomi.
Laparotomi berasal
dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri berati perut atau
abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat
didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah
lain untuk laparotomi adalah celiotomi.( Fossum, 2002)
Keuntungan penggunaan teknik laparotomi medianus adalah tempat
penyayatan mudah ditemukan karena adanya garis putih (linea alba) sebagai
penanda, sedikit terjadi perdarahan dan di daerah tersebut sedikit mengandung
syaraf. Adapun kerugian yang dapat terjadi dalam penggunaan metode ini adalah
mudah terjadi hernia jika proses penjahitan atau penangan post operasi kurang
baik dan persembuhan yang relatif lama.
Oleh karena itu, dalam praktikum kali ini digunakan teknik operasi
laparotomi medianus cental dengan pertimbangan yang telah dijelaskan di atas.
Tujuan laparotomi
adalah untuk menemukan dan mengetahui keadaan organ visceral yang ada di dalam
ruang abdominal secara langsung serta untuk menegakkan diagnosa.
B.
Rumusan
Masalah
Apa pengertian dari
laparatomi?
Apa tujuan dari
laparatomi?
Apa prosedur laparatomi?
Bagaimana asuhan
keperawatan pada klien laparatomi?
C.
Tujuan
Penulisan
Mengetahui apa
pengertian dari laparatomi
Mengetahui apa saja
jenis-jenis dari laparatomi
Mengetahui apa
indikasi diadakannya laparatomi
Mengetahui bagaimana
asuhan keperawatan pada klien laparatomi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Laparatomi yaitu insisi
pembedahan melalui pinggang (kurang begitu tepat), tapi lebih umum pembedahan
perut (Harjono. M, 1996). Pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya
perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer, 2000).
Ramali Ahmad (2000) mengatakan bahwa laparatomy yaitu pembedahan perut, membuka
selaput perut dengan operasi. Sedangkan menurut Sanusi (1999), laparatomi
adalah insisi pembedahan melalui dinding perut atau abdomen.
ETIOLOGI
Sampai
saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom
lengan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor
predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
1.
Estrogen
Mioma
uteri dijumpai setelah menopose. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil
pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan
lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan
fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia
endometrium (9,3%).Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi
ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini
mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah).
Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai
jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.
2.
Progesteron
Progesteron
merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan
tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3.
Hormon pertumbuhan
Level
hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai
struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini,
memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan
mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul diantaranya:
-
Perdarahan
abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia. Faktor-faktor yang
menyebabkan perdarahan antara lain:
-
hiperplasia
endometrium sampai adenokarsinoma endometrium karena pengaruh ovarium
-
Permukaan endometrium yang lebih luas daripada
biasanya
-
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
-
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena
adanya mioma di antara serabut miometrium
-
Rasa
nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma,
yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri terutama saat menstruasi
-
Pembesaran
perut bagian bawah
-
Uterus
membesar merata
-
Infertilitas
-
Perdarahan
setelah bersenggama
-
Dismenore
-
Abortus
berulang
-
Poliuri,
retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
(Chelmow, 2005)
PATOFISIOLOGI
Trauma
adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland,
2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis
akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma
adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun.
Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer,
2001). Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma
abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa
tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan ,
pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman
(set-belt)-dapat mengakibatkan terjadinya trauma abdomen sehingga harus di
lakukan laparatomy.
Trauma
tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu dapat kehilangan darah, memar/jejas
pada dinding perut, kerusakan organ-organ, nyeri, iritasi cairan usus.
Sedangkan trauma tembus abdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh atau
sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah,
kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
dan respon stress dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya kerusakan
integritas kulit, syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi
terhadap infeksi, nyeri akut. & 2 menyebabkan :
Jenis Laparotomi
Menurut Tekhnik
Pembedahan :
1.
Insisi pada garis tengah abdomen (mid-line incision)
a. Paparan
bidang pembedahan yang baik
b. Dapat
diperluas ke cephalad ( ke arah “kranial” )
c. Penyembuhan
dan kosmetik tidak sebaik insisi tranversal
d. Dipilih
cara ini bila insisi tranversal diperkirakan tidak dapat memberikan paparan
bidang pembedahan yang memadai
e.
Dipilih pada kasus gawat-darurat
2.
Insisi pada garis tranversal abdomen (Pfannenstiel incision)
Sering digunakan pada
pembedahan obstetri dan ginekologi.
Keuntungan:
a.
Jarang terjadi herniasi pasca bedah
b.
Kosmetik lebih baik
c.
Kenyamanan pasca bedah bagi pasien lebih baik
Kerugian:
a.
Daerah pemaparan (lapangan operasi) lebih terbatas
b.
Tehnik relatif lebih sulit
c.
Perdarahan akibat pemisahan fascia dari lemak lebih banyak
Jenis insisi tranversal :
1.
Insisi PFANNENSTIEL :
a. Kekuatan pasca bedah : BAIK
b.Paparan
bidang bedah : KURANG
2.
Insisi MAYLARD :
a. Paparan
bidang bedah lebih baik dibanding PFANNENSTIEL oleh karena dilakukan pemotongan
pada m.rectus abdominalis dan disisihkan ke arah kranial dan kaudal
b. Dapat
digunakan untuk melakukan diseksi Lnn. Pelvik dan Lnn.Paraaortal
c. Dibanding
insisi MIDLINE :
- Nyeri pasca bedah kurang.
- Penyembuhan lebih kuat
dan pelekatan minimal namun
- Ekstensi ke bagian
kranial sangat terbatas sehingga akses pada organ abdomen bagian atas sangat
kurang.
3.
Insisi CHERNEY :
a. Perbedaan
dengan insisi MAYLARD : pemotongan m.rectus dilakukan pada origo di simfisis
pubis.
b. Penyembuhan bedah
dengan kekuatan yang baik dan paparan bidang pembedahan terbatas.
4.
Paramedian, yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5
cm).
5.
Transverse upper abdomen incision, yaitu insisi di bagian atas,
misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
Jenis Laparatomi
Menurut Indikasi
1. Adrenalektomi:
pengangkatan salah satu atau kedua kelenjar adrenalin
2. Apendiktomi:
operasi pengangkatan apendiks
3. Gasterektomi:
pengangkatan sepertiga distal lambung (duodenum/jejunum, mengangkat sel-sel
penghasil gastrin dalam bagian sel parietal)
4. Histerektomi:
pengangkatan bagian uterus
5. Kolektomi:
seksisi bagian kolon atau seluruh kolon
6. Nefrektomi:
operasi pengangkatan ginjal
7. Pankreatomi:
pengangkatan pancreas
8. Seksiosesaria:
pengangkatan janin dengan membuka dinding ovarium melalui abdomen.
9. Siksetomi:
operasi pengangkatan kandung kemih
10. Selfigo
oofarektomi: pengangkatan salah satu atau kedua tuba valopi dan ovarium
Indikasi Bedah
Laparatomi
Tindakan laparatomi bisa
ditegakkan atas indikasi pada klien dengan apendiksitis, pangkreatitis, hernia,
kista ovarium, kangker serviks, kangker ovarium, kangker tuba falopi, kangker
hati, kangker lambung, kangker kolon, kangker kandung kemih, kehamilan ektopik,
mioma uteri, peritonitis, trauma abdomen, pendarahan abdomen, massa abdomen,
dll.
Manifestasi Klinik Tindakan Laparatomi
1.
Nyeri tekan
2.
Perubahan tekanan darah, nadi dan pernafasan
3.
Kelemahan
4.
Gangguan integumuen dan jaringan subkutan
5.
Konstipasi
6.
Mual dan muntah, anoreksia
Topografi anatomi
abdomen
Ada dua macam cara pembagian topografi
abdomen yang umum dipakai untuk menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:
1.
Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan
horizontal melalui umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri
atas, kanan bawah, dan kiri bawah.
2. Pembagian
atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis
vertikal.
a. Garis
horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan
yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).
b. Garis vertikal dibuat masing-masing
melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-line abdomen.
c. Terbentuklah daerah hipokondrium kanan,
epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka
kanan, hipogastrium/ suprapubik, dan iliaka kiri.
Komplikasi
1.
Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis postoperasi
biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul
bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran
darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis
yaitu latihan kaki post operasi, ambulatif dini.
2. Infeksi.
Infeksi luka sering muncul pada
36 - 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi
adalah stapilokokus aurens, organisme; gram positif. Stapilokokus mengakibatkan
pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan
luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3. Kerusakan
integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.
Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.
Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.
4. Ventilasi
paru tidak adekuat
5. Gangguan
kardiovaskuler : hipertensi, aritmia jantung
6. Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Gangguan
rasa nyaman dan kecelakaan
Proses Penyembuhan
Luka
1.
Fase inflamasi
Fase ini berlangsung selama
dua sampai lima hari, proses yang terjadi didalamnya, yaitu :
Homestasis
a. Vasokontriksi,
vasokontriksi pembuluh darah sehingga menghentikan perdarahan dan menurunkan
masuknya mikroorganisme.
b. Platelet
aggregation
c. Tromboplastin
yang menggumpal.
Inflamasi
a. Vasodilatasi,
vasodilatasi pembuluh darah dapat menghantarkan nutrisi dan fagosit terhadap
luka saat timbul tanda-tanda peradangan.
b. Fagositosis,
pada saat terjadi peradangan atau infeksi sel fagosit memakan atau
menghancurkan bakteri, benda asing.
2.
Fase proliferase
Fase ini berlangsung selama
lima hari sampai tiga minggu, proses yang terjadi didalamnya, yaitu :
Granulasi, pembentukan
fibrobals dari kolagen, mengisi luka dan menghasilkan kapiler baru.
Epitelisasi, sel ini
menyebar kesegala penjuru untuk menutup luka sekitar tiga cm sehingga luka
dapat tertutup.
3.
Fase remodeling atau maturasi.
Fase ini
berlangsung selama tiga minggu sampai dua tahun, proses penyerapan kembali
jaringan yang berlebih dan membentuk jaringan baru yang tipis dan lemas,
kekuatannya hanta 80 persen dari jaringan yang asli.
Upaya untuk mempercepat penyembuhan luka:
1.
Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan
vitamin C.
2.
Menghindari obat-obat
anti radang seperti steroid.
3.
Pencegahan infeksi.
4.
Pengembalian Fungsi fisik.
5.
Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera
setelah operasi dengan latihan napas dan batuk efektif, latihan mobilisasi
dini.
6.
Mempertahankan konsep diri.
7.
Pada gangguan konsep diri : Body image bisa
terjadi pada pasien post laparatomy karena adanya perubahan sehubungan dengan
pembedahan. Intervensi perawatan terutama ditujukan pada pemberian support
psikologis, ajak klien dan kerabat dekatnya berdiskusi tentang
perubahan-perubahan yang terjadi dan bagaimana perasaan pasien setelah operasi.
B. Tujuan
Tujuan perawatan post laparatomi;
1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
2. Mempercepat penyembuhan.
3. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum
operasi.
4. Mempertahankan konsep diri pasien.
5. Mempersiapkan pasien pulang.
C. Prosedur Pelaksanaan
a. ALAT
DAN BAHAN
1. Kasa
2. Gunting
3. Pinset
4. Aquades/antiseptic/sejenis air steril lainya
1. Kasa
2. Gunting
3. Pinset
4. Aquades/antiseptic/sejenis air steril lainya
b. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan alat dan bahan (usahakan berada didekat perawat agar mudah ……………dijangkau)
1. Siapkan alat dan bahan (usahakan berada didekat perawat agar mudah ……………dijangkau)
2. Tidurkan/baringkan pasien (sesuai dengan
posisi yang nyaman)
3. Pakailah sarung tangan steril (untuk
menghindari terjadinya infeksi luka karena ……………kuman/bakteri)
…… 4. …Usapkan NaCl (natrium klorida) disekitar
luka atau diatas perban luka hal ini untuk ……………memudahkan perawat untuk mengeluarkan perban pada luka
…… 5. …Keluarkan perban tersebut (alihkan perhatian klien, agar
klien tidak merasakan ……………sakit
ketika perban dikeluarkan)
…… 6.
Buanglah balutan/perban tersebut
ditempat yang telah disiapkan ……………
………… …………… (nampan/bengkok)
…… 7.
Inspeksi keadaan luka
…… 8.
Celupkan kain kasa pada antiseptic/aquades
…… 9.
Kain kasa yang sudah dicelupkan pada antiseptic olesakn atau diusap pada
luka ……………klien
dimulai dari daerah luka dan sekitar luka. Usahakan kain kasa yang sudah ……………banyak mengandung
kuman/kotoran luka dibuang dan gantilah dengan kasa baru ……………mengandung
antiseptic usapkan lagi pada luka.
10. Tutuplah/perban kembali luka dengan kasa.
11. Lepaskan sarung tangan, buang pada tempatnya
dan bersihkan alat-alat yang ……………digunakan
disterilkan kembali.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Laparatomi yaitu insisi
pembedahan melalui pinggang (kurang begitu tepat), tapi lebih umum pembedahan
perut (harjono. M, 1996). Jenis
laparatomi menurut tekhnik pembedahan yakni insisi pada garis tengah
abdomen (mid-line incision), Insisi pada garis tranversal abdomen (pfannenstiel
incision), insisi cherney, paramedian dan transverse upper abdomen incision.
Sedangkan menurut indikasi,
jenis-jenis laparatomi meliputi Adrenalektomi, apendiktomi, gasterektomi,
histerektomi, kolektomi, nefrektomi, pankreatomi, seksiosesaria, siksetomi dan
selfigo oofarektomi.
B.
Saran
Bedah laparatomi merupakan
tindakan operasi pada daerah abdomen (Spencer) yang dapat dilakukan pada bedah
digestif dan kandungan.Oleh karena itu sebagai perawat hendaknya mengetahui
tentang tekhnik dan perawatan pada klien dengan laparatomi.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC
Achadiat CM.
2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta :
EGC
Callahan MD
MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints
Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing,
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD.
2003. Tumors of the Myometrium in Diagnostic Gynecologic
and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier Saunders
Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik
Obstetric dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC
Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan
ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates
Panay BSc
MRCOG MFFP, Nick et al. 2004. Fibroids in Obstetrics
and Gynaecology. London : Mosby
Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and
Diagnosis of Uterine Myomas. Volume 87. Department of Obstetrics and
gynecology UCLA School of Medicine. California : American Society for
Reproductive Medicine