BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan
merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh setiap ibu hamil, persalinan merupakan
hal yang pertama kali bagi calon ibu yang melakukan persalinan pertama dan
pengalaman pertama, dimana terbayang proses persalinan yang menyakitkan,
mengeluarkan energi dan sebuah perjuangan yang melelahkan, namun tidak dapat
dilupakan oleh ibu.
Ada baiknya
para calon ibu mengetahui proses atau tahapan persalinan seperti apa, sehingga para
calon ibu dapat mempersiapkan segala halnya guna menghadapi proses
persalinannya.
Proses
persalinan terbagi ke dalam empat tahap, yaitu :
1.
kala I; Tahap Pembukaan
2.
Kala II; Tahap Pengeluaran Bayi
3.
Kala III; Tahap Pengeluaran Plasenta
4.
Kala IV; Tahap Pengawasan
Pada makalah
ini kami hanya membahas tentang kala III yakni tahap pengeruaran plasenta
B. Tujuan
Untuk
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
kala III yakni tahap pengeluara plasenta
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Biasanya
setelah janin lahir, beberapa menit kemudian mulailah proses pelepasan
plasenta disertai sedikit perdarahan. Ada kalanya plasenta tidak lahir dalam
setengah sampai satu jam setelah janin lahir, hal ini memerlukan perhatian
khusus.
Proses
persalinan dapat pula menimbulkan keadaan patologis, seperti luka-luka jalan
lahir dan terbaliknya uterus. Dibawah ini dibicarakan keadaan yang memerlukan
tindakan bedah kebidanan dalam kali III yang sedikit banyaknya telah
dibicarakan dalam Bagian Obstetri Patologis. (Prof. Dr. Rustam Mochtae, MPH 2006 halaman 110.)
Kala tiga
persalinan dimulai Saat proses pelahiran bayi selesai dan berakhir dengan
lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala
tiga persalinan berlangsung rata-rata 5 dan 10 menit. Akan tetapi, kisaran
normal kala tigasampai 30 menit. Risiko perdarahan meningkat apabila kala tiga
lama dari 30 menit, terutama antara 30 dan 60 menit [1-3]. (Mary
Fances Moorhouse : 2001 edisi 2 halaman 313)
Kala tiga persalinan dimulai Saat proses
pelahiran bayi selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini
dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala tiga persalinan berlangsung
rata-rata 5 dan 10 menit. Akan tetapi, kisaran normal kala tigasampai 30 menit.
Risiko perdarahan meningkat apabila kala tiga lama dari 30 menit, terutama
antara 30 dan 60 menit [1-3]. (Vicky Chapmam 2006. Halaman 201)
B.
Fisiologi
Kala III Persalinan
Menurut
Diene M. Fraser dan A. Cooper Tahun 2011 Halaman 139
Sampai
akhirnya menurut beberapa saat sebelum
awitan persalinan.Progesteron dapat diukur
dalam urine sebagai pregnanediol
Humanplasenta
lactogen (HPL),berperan dalam metabolisme
glukosa selama kehamilan.Hormon ini tampaknya berhubungan dengan aktivitas
hormon pertumbuhan manusia meskipun tidak secara langsung meningkatkan
pertumbuhan.Pada saat kadar HCG turun,kadar HPL,meningkat dan terus demikian
selama kehamilan.Pemantauan kadar HPL dengan tujuan mengkaji fungdi plasenta
terbukti mengecewakan dalam mempertkirakaan hasil akhir ujian.
Tapilan plasenta cukup bulan
Plasenta
adalah massa berbentuk bulat,datar,dengan diameter sekitar 20 cm dan ketebalan
2,5 cm dibagian pusat.Beratnya sekitar seperenam berat bayi cukup bulan
meskipun perbandingan ini dapat dipengarhi oleh waktu tali pusat dilklem karena
jumlah darah janin yang bervariasi yang tertahan didalam pembuluh darah.
Permukaan
maternal,darah maternal menyebabkan permukaan ini tampak merah tua dan
memisahkan sebagian desidua basalis.Permukaan ini terbagi menjadi 20 lobus yang
dipisahkan oleh siklus (alur),tempat desidua masuk untuk membentuk septum (dinding).Lobus
terdiri atas beberapa lobulus yang masing-masingnya memiliki satu vilus dan
percadangannya.Terkadang deposit garam kapur terdapat dipermukaan
ini,membuatnya sedikit berpasir.Hal in tidak memliki signifikasi klinis.
Permukaan
fetal,amnion yang menutupi permukaan fetal pada plasenta menyebabkan plaseta
berwarna putih dan berkilat.Cabang-cabang vena da arteri umbilikalis dapat
dilihat,menyebar dari insersi tali pusat,yang biasanya terdapat ditengah.
Amnion
dapat lepas dari permukaan,lepas dari lempeng koritik tempat plasenta
berkembang da terus bersama korion.
Kantong Janin
Kantog
janin terdiri dari atas membran ganda.Membran luar adalah korion,yang berada
dibawah desidus kapsularisdan menempel dengan erat pada dinding uterus .Membran
dalam adalah amnion,yang berisi cairan amnion.Selama tetap utuh,kantong janin
melindungi janin dari infeksi bakteri asenden.
Korion
adalah membran yang tebal,tidak tembus cahaya,dan rapuh yang berasal dari
trofoblas.Bersambungan dengan lempeng korionik,membentuk dasar plasenta.
Amnion
adalah membran yang halus,kuat,dan tembus cahaya yang berasal dari massa sel
dalam.Amnion dianggap berperan dalam pembentukan cairan amnion (juga disebut
liquar amnil).
Cairan amnion
Fungsi:
cairan ini mendistensi kantong amnion dan memungkinan janin bertumbuh dan
bergerak dengan bebas menyeimbangkan tekanan.Cairaini juga mempertahankan suhu
konstan untuk janin dan memberi sedikit nutrisi.Pada persalinan,selama membran
tetap utuh cairan amnion melindungi plasenta dan tali pusat dari tekanan
konstraksi uterus.Cairan amnion juga membantu penipisan serviks dan dilatasi
tulang uterus terutama bila letak bagian presentasi bayi tidak tepat.
Asal
Cairan
amnion dianggap berasal dari janin dan ibu.Cairan ini disekresi oleh
amnion,terutama bagian yang menutupi plasenta dan tali pusat.Sebagian cairan
berasal dari pembuluh darah meternal pada desidua dan sebagian lagi dari
pembuluh darah janin diplasenta.Urine janin juga mempengaruhi volume cairan
amnion sejak usia gestasi 10 minggu.Air dalam cairan amnion bertukar setiap 3 jam
sekali.
Volume
Jumlah
total cairan amnion meningkat selama kehamilan sampai usia gestasi 38 minggu
adalah sekitar1 liter.Jumah ini kemudian akan berkurang secara perlahan-lahan
sampai cukup bulan,sisanya sekitar 800 ml.Namun demikian,terdapat banyak variasi
dalam jumlah cairan amnion.Bila jumlahnya totalnya melebihi 1500 ml,kondisi ini
disebut polihidramnion (sering disingkat menjadi hidramnion,dan bila kurang
dari 300 ml disebut oligohidramnion.Abormalitas semacam ini sering berkaitan
dengan malformasi kongenital janin.Janin normal menelan cairan amnion,tetapi
bila terdapat gangguan menelan cairan akan terakumulasi dalam jumlah
berlebihan.Sama halnya bila janin tidak mampu mengeluarkan urine,jumlah cairan
juga akan berkurang.
Komponen
Cairan
amnion adalah cairan berwarna kuning jerami yang pucat dan jernih yang
mengandung 99% air.Sisanya 1% adalah materi padat terlarut yang mencakup zat
makanan dan produk zat sisa.Selain itu,janin melepaskan sel kulit,verniks
kaseosa,dan lanugo kedalam cairan ini.Komponen abnormal dan cairan amnion
ini,seperti mekonium pada kasus gawat janin,memberikan informasi diagnostik
yang berasal tentang kondisi janin.Aspirasi cairan amnion untuk pemeriksaan
dinamakan amniosentesis.
Tali Pusat
Tali
psat atau funis memanjang mulai dari janin sampai plasenta dan berisi pembuluh
darah umbilikalis:dua arteri dan satu vena.Pembuuh darah tersebut diselubungi
dan dilindungi oleh jeli Wharton,zat gelatin yang terbentuk dari mesodermSelur
tali pusat diselubungi oleh lapisan amnion,sama dengan yang menyelubungi
plasenta.Panjan tali pusat rata-rata adalah 50 cm.Hal ini cukup untuk
memungkinkan kelahiran bayi tanpa menarik plasenta.Tali pusat dianggap pendek
jika berukuran kurang dari 40 cm.Tidak ada kesempatan spesifik tentang tali
pust yang terlalu panjang,tetapi kerugian dari tali pusat yang sangat panjang
adalah dapat melilit leher atau tubuh janin atau membentuk simpul,kedua hal
tersebut dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah,terutama selama
persalinan.Simpul sejati selalu harus dicatat pada saat memeriksa tali
pusat,tetapi harus dibedakan dari simpul yang palsu,yaitu gumpalan jeli Wharton
disisi tali pusat dan tidak signifikan.
Variasi anatomi plasenta dan tali
pusat
Lobus
tambahan (aksesori) plasenta.Lobus ini merupakan variasi yang paling signifikan
dari bentuk plasenta.Terdapat sebuah lobus kecil ekstra,terpisah dari plasenta
utama dan dihubungkan oleh pembuluh darah sepanjang membran untuk
mencapainya.Bahayanya adalah bahwa lobus kecil ini dapat tertahan didalam
uterus stelah plasenta dilahirkan,jika tidak dikeluarkan,akan mengakibatkan
infeksi dan hemoragi.Bidan harus memriksa plasenta untuk memastikan bahwa lobus
tambahan ini tertinggal didalam uterus atau tidak lubang pada membran dengan
pembuluh darah yang terdapat didalamnya.
Plasenta
sirkumvalata dalam keadaan ini,lingkaran yang tidak tembus cahaya terlihat pada
permukaan fetal plasenta.Lingkaran ini terbentuk dari bagian belakang yang
rangkap pada korion dan amnion dan dapat menyebabkan lepasnya membran dari
plasenta yang lebih dekat bagian tengah dan bukan dari tepi,seperti yang
seharusnya.
Insersi
battledore tali pusat,pada kasus ini tali pusat melekat dibagian yang sangat
dekat tepi plasenta,seperti bet tenis meja.Hal ini tidak menimbulkan masalah kecuali jika pelekatannya rapuh.
Insersi
velamentous tali pusat,insersi tali pusat ke dalam membran agak jauh dari tepi
plasenta.Pembuluh darah umbilikalis melewatu membran dari tali pusat sampai
plasenta.Bila letak plasenta normal,tidak ada bahaya yang akan terjadi pada
janin,tetapi tali pusat tersebut dapat terputus bila dilakukan tarikan pada
penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga.Bila letak plasenta rendah,pembuluh
darah dapat melewati tulang uterus.Istilah yang digunakan untuk pembuluh darah
ysng terletak dalam posisi ini adalah vasa previa.Pada kasus ini sangat
berbahaya bagi janin apabila ketubah pecah dan akan lebih berbahaya lagi bila
dilakukan ruptur buatan,karena pembuluh darah dapat robek,mengakibatkan
kehilangan darah yang cepat pada janin.Bila awitan hemoragi terjadi bersamaan
dengan pecah ketbag,dapat diasumsikan terjadi hemoragi janin dan kelahiran
dipercepat.Darah janin dapat dibedakan dari darah ibu dengan menggunakan tes
debaturasi-alkali singer walaupun,pada akhirnya waktu kejadian sangat singkat
sehingga tidak mungkin untuk menyelamatkan nyawa bayi.Bila bayi berhasil
bertahan hidup,kadar hemoglobinnya harus diperiksa setelah kelahiran.Plaseta
tripartit juga sama,tetapi dengan tiga bagian yang berbeda.Selain berbagai
bahaya yang dijelaskan sebelumnya,perbedaan bentuk in tudak memiliki
signifikasi klinis.
C.
Perkembangan
Menurut Margaret A. Copoor. Tahun 2011 halaman 139.
Awalnya, ovum tampak ditutupi oleh rambut halus,
yang berisi tonjolan dari lapisan trofoblas (lihat Bab 9). Tonjolan ini
berpmliferasi dan membentuk percabangan sejak tiga minggu setelah fertilisasi,
membentuk vili korionzic. Vili ini banyak terdapat di area yang kaya
suplai darah -yaitu, di desidua basalis. Bagian trofoblas ini disebut korion
fivridosum dan akhirnya akan berkembang menjadi plasenta. Vili di bawah
desidua kapsularis, kurang mendapat nutrisi, secara bertahap akan mengalami
degenerasi dan membentuk korion lame (korion tanpa rambut), yang merupakan asal
membran korion.
Vili meluruhkan dinding pembuluh darah maternal pada
scat memasulci desidua, membuka dinding pembuluh darah tersebut untuk membentuk
genangan darah maternal tempat vili mengapung. Pembuluh darah yang terbuka
disebut sinus, dan area di sekitar viii disebut ruang darah. Darah maternal bersirkulasi
secara lambat, memberi kesempatan pada vili untuk menyerap makanan dan oksigen,
serta mengekskresi zat sisa. ini
disebut vili nutritif. Beberapa vili menempel Iebih dalam pada desidua dan
disebut vili pengait.
Setiap viii korionik merupakan struktur bercabang
yang muncul dari satu batang. Pusatnya terdiri atas mesoderm dan pembuluh darah
janin, percabangan arteri dan vena umbilikalis. Bagian ini ditutupi oleh
lapisan tunggal sel sitotrofoblas dan lapisan eksternal viii, yaitu
sinsitiotrofoblas. Hal ini berarti bahwa keempat lapisan jaringan tersebut
memisahkan darah maternal dari darah janin serta mencegah tercampurnya kedua
sirkulasi tersebut, kecuali jika terdapat kerusakan vili.
Plasenta terbentuk secara lengkap dan dapat
ber-fungsi sempuma sejak 10 minggu setelah fertilisasi. Pada tahap awalnya,
struktur plasenta relatif longgar, tetapi semakin matur plasenta tersebut,
semakin padat strukturnya. Di antara usia gestasi 12 dan 20 minggu, plasenta
lebih berat dari janin karena perkembangan organ janin belum sempurna untuk
mengatasi proses metabolisme nutrisi. Pada usia kehamilan selanjutnya, beberapa
organ janin, seperti hati, mulai berfungsi sehingga sitotrofoblas dan
sinsitiotrofoblas secara bertahap mengalami degenerasi dan hal ini memungkinkan
terjadinya pertukaran oksigen dan karbon dioksida dengan lebih mudah.
Sirkulasi melalui plasenta
Darah janin, mengandung sedikit oksigen, dipompa
oleh jantung janin menuju plasenta melalui arteri umbilikalis, dan diangkut
sepanjang percabangannya ke kapiler viii korionik. Setelah membuang karbon
dioksida dan menyerap oksigen, darah kembali ke janin melalui vena umbilikalis.
Darah maternal dikirim ke dasar plasenta di dalam
desidua oleh arteri spiral dan mengalir ke dalam ruang darah di sekitar vili.
Arah aliran darah tersebut dianggap serupa dengan arah air mancur; darah
mengalir ke atas dan membasahi vilus pada saat bersirkulasi di sekelilingya dan
mengalir kembali ke cabang vena uterina
Plasenta yang matur Fungsi
Respirasi. Selama kehidupan intrauterin, tidak
terjadi pertukaran gas pulmonal, sehingga janin harus mendapatkan oksigen dan
mengekskresikan karbon dioksida melalui plasenta. Oksigen dari hemoglobin ibu
masuk ke dalam darah janin dengan cara difusi sederhana dan dengan cara yang
sama janin melepaskan karbon dioksida ke dalam darah maternal.
Nutrisi. Janin membutuhkan nutrisi yang sama dengan
orang lain dan memperolehnya dengan cara transfer aktif melalui plasenta. Asam
amino dibutuhkan untuk pembentukan tubuh, glukosa dalam jumlah besar diperlukan
untuk energi dan pertumbuhan, kalsium dan fosfor untuk tulang dan gigi, serta
besi dan mineral lainnya untuk pembentukan darah. Makanan bagi janin diperoleh
dari makanan yang dimakan ibu dan sudah dipecah menjadi bentuk yang lebih
sederhana sampai saatnya mencapai plasenta. Plasenta dapat memilih zat yang
dibutuhkan oleh janin, bahkan dapat mendeplesi suplai yang dimiliki rbu dalam
beberapa hal. Plasenta juga dapat memecah nutrisi kompleks menjadi senyawa yang
dapat digunakan oleh janin. Protein ditransfer melalui plasenta sebagai asam
amino, karbohidrat sebagai glukosa, dan lemak sebagai asam lemak. Air, vitamin,
dan mineral jugs diantarkan ke janin. Lemak dan vitamin yang larut dalam lemak
(A, D, dan E) sedikit sulit menembus plasenta dan terutama terjadi pada tahap
kehamilan selanjutnya. Beberapa zat, termasuk asam amino, kadamya ditemukan
lebih tinggi di dalam darah janin daripada di dalam darah ibu.
Penyimpanan. Plasenta memetabolisme glukosa,
menyimpannya dalam bentuk glikogen, dan mengubahnya kembali menjadi glukosa
sesuai kebutuhan. Plasenta juga dapat menyimpan besi dan vitamin yang larut
dalam lemak.
Ekskresi. Zat utama yang diekskresi dari janin
adalah karbon dioksida. Bilirubin juga diekskresi karena sel darah merah
diganti relatif sering. Terdapat sangat sedikit pemecahan jaringan selain dari
itu dan jumlah urea dan asam urat yang diekskresi juga sangat sedikit.
Perlindungan. Plasenta memberikan barter yang
terbatas terhadap infeksi. Kecuali treponema sifilis dan basilus tuberkel,
hanya sedikit bakteri yang dapat menembusnya. Namun demikian, virus dapat
dengan bebas menembus plasenta dan menyebabkan abnormalitas kongenital, seperti
pada kasus virus rubela (lihat Bab 46). Diasumsikan bahwa obat-obatan menembus
plasenta sampai ke janin walaupun terdapat beberapa pengecualian, misalnya
heparin. Beberapa that diketahui menyebabkan kerusakan meskipun banyak juga di
antaranya yang tidak berbahaya dan bermanfaat positif, seperti pemberian
antibiotik kepada ibu haunt yang menderita sifilis (lihat Bab 48).
Menjelang akhir kehamilan, antibodi yang kecil,
imunoglobulin G (IgG) akan ditransfer ke janin dan akan memberikan imunitas
kepada bayi selama 3 bulan pertama setelah kelahiran. Penting untuk diketahui
bahwa hanya antibodi yang dimiliki oleh ibu yang dapat masuk menembus plasenta
dan diberikan ke janin.
Endokrin.
Human chorionic gonadotrophin
(HCG). Hormon ini dihasilkan oleh lapisan sitotrofoblas dan viii korionik. Pada
awalnya, hormon ini berjumlah sangat banyak, kadar tertinggi dicapai antara
minggu ke-7 dan ke-10, tetapi kadar ini akan menurun secara bertahap sejalan
dengan bertambahnya usia kehamilan. HCG menjadi dasar berbagai tes kehamilan
yang ada karena diekskresikan di dalam urine ibu. Fungsinya adalah menstimulasi
pertumbuhan dan aktivitas korpus luteum.
Estrogen. Saat aktivitas korpus
luteum menurun, plasenta mengambil alih produksi estrogen, yang disekresi dalam
jumlah banyak selama kehamilan. janin memberikan prekursor vital untuk produksi
estrogen kepada plasenta. Jumlah estrogen yang dihasilkan (diukur sebagai
estriol urine atau serum) merupakan indeks kesejahteraan fetoplasental.
Progesteron. Hormon ini dibentuk
dalam lapisan sinsitial plasenta dengan jumlah yang terus meningkat.
Menurut Vicky
Chapmam 2006. Halaman 201
Penundaan
pengkleman tali pusat sangat penting untuk bayi pre-term. Namun, banyak staf
tidak menyadari bahwa upaya resusitasi sederhana masih dapat dilakukan dengan
bayi tetap terhubung dengan tali pusat.
· Bahkan
pada penatalaksanaan aktif, penundaan pengkleman berhubungan dengan banyak
keuntungan termasuk 50% peningkatan volume sel darah merah, yang mengurangi
durasi ketergantungan oksigen suplemen, dan mengurangi kebutuhan transfusi sel
darah merah akibat anemia pada bayi preterm (Keirse, 2000).
· Satu
studi besar telah mendukung teori bahwa penundaan pengkleman tampaknya “bebas
bahaya”untuk bayi preterm. Meskipun tingginya kadar hematokrit pada bayi
preterm yang ditunda pengklemannya, tidak ada peningkatan polisitemia atau
ikterik simtomatik (Mercer, 2001).
· Transfusi
via tali pusat “lebih cepat” bila bayi digendong di bawah uterus selama 30-60
detik, yang mungkin penting pada bayi distres atau hipovolemik (pucat/kulit
berbercak) yang perlu segera dipisah dari tali pusat untuk resusitasi (Mercer,
2001).
· Keirse
(2000) merangkum dengan mengatakan bahwa tidak ada pembenaran untuk segera
mengklem dan memotong tali pusat kecuali diperlukan resusitasi pediatrik
intensif. Bila akhirnya tali pusat dildem kemudian dipotong, biarkan ujung
bagian bayi tetap panjang bila kelak bayi memerlukan kateterisasi tali pusat.
Persiapan
lingkungan untuk kelahiran
Hubungi
kolega sebelum kelahiran hampir muncul. Koordinator ruang bersalin akan
memperbaharui praktisi lain sehingga bidan dapat tetap bersama ibu. Koordinator
kemudian dapat menghubungi staf lain sesuai keinginan bidan, misalnya bila ia
mengebel.
Bayi
yang sangat preterm, bayi dengan kecurigaan abnormalitas, atau bayi yang sangat
terganggu memerlukan kehadiran dokter pediatrik/neonatologi konsultan untuk kelahiran.
Pada kelahiran seperti itu, dokter pediatrik memerlukan bantuan dari bidan
ber-dedikasi atau perawat SCBU/NICU untuk khusus membantu re-susitasi. Tetap
merupakan keputusan dokter pediatrik untuk me-mulai atau menunda penanganan
serta normalnya didiskusikan dengan ibu dan pasangannya sebelum kelahiran. Ini
bukan tanggung jawab staf yunior (Keirse, 2000).
· Ruangan
harus bersuhu 25°C atau lebih (WHO, 1997), jendela ditutup, dan kipas angin
dimatikan.
· Resuscitaire
telah diperiksa, disiapkan, dan dinyalakan di ruang melahirkan.
· Handuk
hangat harus tersedia untuk mengeringkan bayi juga topi dan baju hangar untuk
dipakai bayi harus tersedia.
· Dokter
pediatrik/neonatologi harus waspada dan hadir.
Resusitasi
· Jagalah
bayi baru lahir tetap hangat, kering, dan bebas dari hembusan angin selama
resusitasi.
· Bahkan
bila bayi sangat tidak sehat, biarkan ibu menggendong bayinya atau paling tidak
memandang wajahnya dan menyentuh bayi sebelum dibawa ke ruang SCBU/NICU.
· Bila
bayi memerlukan pemindahan ke SCBU, anjurkan pasang-an ibu untuk pergi juga ke
tempat tersebut. Pasangan mungkin akan “kembali lagi” tetapi paling tidak
mereka dapat melihat ke mana bayi dibawa,' dan begitu bayi sudah stabil, mereka
dapat kembali mengunjunginya.
· Yakinkan,
bila memungkinkan, bahwa bayi memakai label dan memiliki catatan yang selalu
baru untuk dibawa ke SCBU/NICU.
Rangkuman
· Mengidentifikasi
ibu berisiko persalinan preterm masih belum tepat. Kelahiran preterm sebelumnya
merupakan satu-satunya prediktor kelahiran preterm.
· Dengan
meningkatnya angka bertahan hidup bayi begitu pula derajat kecacatan, relatif
terhadap gestasi.
· Orang
tua bisa sangat cemas dan tidak mampu menerima informasi. Penjelasan perlu
diulang, dengan sensitivitas dan istilah sederhana.
· Bila
terjadi komplikasi janin atau ibu spesifik, tangani dengan asuhan yang tepat.
Data-data
pendukung
· Pemberian
pengobatan kortikosteroid.
· Tempat
tidur yang sesuai dengan gestasi.
· Antibiotika
pada persalinan per vagina setelah seksio sesaria atau bila diduga infeksi pada
ibu.
· Tersedia
tenaga terlatih yang tepat dan berdedikasi memberikan resusitasi.
· Menjaga
kamar melahirkan tetap hangat, meminimalkan hembusan angin, dan mengeringkan
bayi saat lahir.
· Kontak
kulit-ke-kulit untuk bayi saat lahir untuk termoregulasi, stabilisasi
respirasi, denyut jantung, dan menurunkan respons stres. (Asuhan minor,
pengisapan dan corong oksigen harus diberikan dengan bayi masih terhubung ke
tali pusat.)
· Menunda
pengkleman tali pusat dan membiarkan tali pusat bayi tetap panjang.
Data-data
mendukung dihindarinya hal-hal sebagai berikut.
· Pemecahan
ketuban artificial/atau pemeriksaan vagina “rutin”.
· Analgesia
narkotik.
· Mengejan
aktif.
· Posisi
maternal telungkup.
· Episiotomi/forseps
tanpa indikasi.
· Pengkleman
dini tali pusat.
D. Komplikasi dan Penatalaksanaan Kala
III Persalinan
Menurut
Helen Varney dan Jan . Kriebs. Tahun 2008
Komplikasi
kala tiga berhubungan dengan plasenta dan perlekatannya pada uterus. Dengan
pengecualian plasenta tertinggal untuk alasan selain plasenta akreta, semua
merupakan keadaan yang mengancam jiwa. Bidan harus mengetahui apa yang dlakukan
untuk mempertahankan keselamatan wanita atau mengatasi masalah sementara
menunggu dokter. Komplikasi kala tiga yang didiskusikan pada bab ini adalah
plasenta tertinggal, pendarahan kala tiga, plasenta akreta, dan inversi uterus.
Plasenta Tertinggal
Plasenta
tertinggal adalah plasenta yang belum terlepas dan mengakibatkan pendarahan
tidak telihat. Definisi plasenta teringgal didasarkan pada lama waktu yang
berlalu antara pelahiran bayi dan pelahiran plasenta yang diharapkan. Beberapa
klinisi melakukan intervensi setelah lima menit. Beberapa bidan menunggu selama
setengah jam untuk pelahiran plasenta sebelum mengatakan bahwa plasenta
tertinggal.
Usia
kehamilan dikaitkan dengan lama kala tiga usia kehamilan yang lebih muda
dihubungkan dengan kala tiga yang lebih lama. Frekuensi pengeluaran manual
plasenta juga dihubungkan dengan kelahiran prematur perdarahan meningkat
seiring makin muda usia gestasi dan peningkatan pengeluaran plasenta secara
manual.
Intervensi
kebidanan alamiah yang dapat dimulai ketika plasenta tertinggal antara lain
menempatkan bayi untuk disusui, stimulasi puting, mengatur wanita pada posisi
berjongkok, dan memberi privasi bagi pasangan untuk bermesraan. Tindakan lain
termasuk memastikan kendung kemih kosong (dengan cara katerisasi jika kandung
kemih wanita penuh iya tidak mampu buang air kecil) dan memberikan injeksi
oksitosin intraumbilikalis dengan larutan 10 IU pitocin yang dilarutkan dengan
2 cc normal salin ke vena umbilikalis.
Selama
periode waktu yang dibutuhkan untuk mengimplementasi intervensi-intervensi ini,
bidan memantau tanda vital wanita, mengecek tanda tanda syok lain, perdarahan
eksternal yang tampak, dan perdarahan internal tersembunyi (tinggi fundus
meningkat) dan menginformasikan ke dokter konsulen tentang situasi ini.
Jika
plasenta belum dilahirkan, langkah berikutnta adalah pengeluaran manual. Hal
ini sebaiknya dilakukan di rumah sakit, dan pemindahan atau transfer diperlukan
jika wanita berada diluar rumah sakit. Lingkungan rumah sakit adalah tempat
yang tepat untuk tindakan mengangkat plasenta secara manual, baik untuk alasan
keamanan dan memungkinkan wanita menerima anestesia atau analgesia. Dalam untuk
prosedur yang menyakitkan.Pada situasi tidak darurat, bidan dapat secara manual
mengangkat plasenta setelah dikonsultasikan dengan dokter. Bidan sebaiknya
mempertimbangkan dugaan plasenta akreta apabila plasenta tidak lahir spontan
dalam periode waktu yang wajar atau ketika bidang pembelahan tidak menunjukkan
upaya peningkatan manual.
Perdarahan Kala Tiga
Perdarahan
kala tiga terjadi akibat pelepasan plasenta sebagian. Alasan paling umum
terjadi pelepasan plasenta sebagian adalah kesalahan penatalaksanaan kala tiga,
biasanya mencakup masase uterus yang dilakukan sebelum pelepasan plasenta.
Pelepasan sebagian dapat terjadi secara alami selama pelepasan plasenta
fisiologis, tetapi biasanya kondisi ini bersifat sangat sementara. Pelepasan
sebagian akibat masase uterus sebelum plasenta lepas dari dinding uterus tidak fisiologi,
dan akibatnya hampir dapat dipastikan adalah perdarahan kala tiga.
Pada
kondisi normal, terjadi sejumlah kehilangan darah selama kala 3, sedangkan
sedikit aliran atau tetesan darah atau sedikit semburan darah secara mendadak
adalah tanda pelepasan plasenta. Akan tetapi, ketika terdapat aliran darah yang
menetap dan anda telah mengetahui lokasi plasenta dalam uterus dan menetapkan
bahwa plasenta belum terlepas secara utuh, anda perlu melakukan tindakan ntuk
mengelola perdarahan kala tiga segera. Tindakan-tindakan tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Minta staf keperawatan (di rumahsakit), perawat atau
asisten anda (dirumahbersalin) melakukan panggilan STAT kedokter konsulen anda.
Juga hubungi ambulans jikaanda berada di luar rumah sakit. Dokter konsulen anda
kemungkinan besar akan menemui anda di rumah sakit.
2.
Masase seluruh bagian uterus. Meskipun
ini sebaiknya tidak di lakukan sebelum plasenta lepas pada situasi normal,
tindakan ini merupakan tindakan pertama ketika menghadapi pelepasan plasenta
sebagian dan perdarahan kala tiga. Hal ini karena masase seksama pada waktu ini
akan menuntaskan pelepasan plasenta. Tindakan ini, pada saat kontraksi uterus
aktif, dikombinasi dengan tarikan talipusat terkontrol sehingga pelepasan
plasenta lengkap dan dilahirkan secepatnya.
3.
Sementara melakukan langkah 2, minta
staf keperawatan atau asisten anda melakukan langkah-langkah berikut :
a. Pastikan
IV paten atau mulai IV dengan jarum 16-gauge dan larutan Ringer Laktat jika
wanita belum terpasang jalur IV.
b. Jika
wanita telah memiliki jalur IV jalur paten, ganti larutan dengan Ringer Laktat
untuk infus.
c. Ambil
darah dan periksa golongan darah serta lakukan periksa silang (crossmatch) jika
belum pernah di lakukan.
d. Pantau
tanda dangen jalas syok dan mulai pantau tekanan darah dan nadi wanita, rendah
kan kepala wanita mendatar di atas tempat tidur jika diindikasikan.
4.
Jika plasenta belum lahir, secara manual
angkat plasenta. Pasang kateter pada wanita telebih dahulu kecuali anda yakin
kandung kemih nya sudah kosong.
5.
Jika plasenta belum lahir dan anda tidak
tahu cara mengangkatnya secara manual, perdarahan menetap dan kontinu,
dandokter (di rumah sakit) atau ambulance (di luar rumah sakit) belumtiba, maka
tambah kanokstosin keinfus IV di programkan. Tujuannya adalah merangsang kontraksi
uterus sebagai upaya menyebabkan pelepasan plasenta yang lengkap. Biasanya
tindakan ini ditunda kecuali benar-benar dipelukan. Oksitosin menyebabkan
serviks merapat, sehingga mempersulit pengangkatan plasenta secara manual dan
juga meningkatkan insiden plasenta tertinggal setelah terlepas. Namun,
persiapan oksitosin yang menyebabkan kontraksi intermiten (Pitocin, oxytocin,
syntocinon) lebih dianjurkan dari pada preparap yang menyebabkan kontraksi
terus menerus (methergine). Preparap pertama cenderung tidak menyebabkan
serviks menutup.
Insiden
perdarahan kala tiga jarang terjadi jika penatalaksanaan kala
tiga tidak salah.Namun, hal itu dapat terjadi, bahakan pada penatalaksanaan
kala tiga terbaik.Proses infeksius dengan suhu tinggi selama kehamilan
meningkatkan pelekatan plasenta, begitu juga dengan infeksi intrauterus, proses
penyakit pada membrane janin, atau operasi sesar sebelumnya.Riwayat perdarahan
kala tiga sebelumnya sebaiknya membuatan dan mengantisipasi, waspada, dan
hati-hati. Perdarahan kala tiga akan terjadi jika terdpat plasenta akreta
sebagian.
PLASENTA AKRETA.
Plasenta
akrea adalah perlekatan plasenta sebagaian atau total pada dinding uterus. Pada
plasenta akreta, plasenta melekat langsung pada myometrium dengan desidua
defektif atau tanpa desidua diantaranya. Apabila vili kronik meluas melebihi
kontak dengan myometrium dan secara nyata menembus dinding uterus, kondisi ini
disebut plasenta inkreta. Plasenta perkreta terjadi ketika vili kronik masuk
melalui seluruh dinding uterus ke lapisan serosa. Kondisi-kondisi ini merupakan
komplikasi yang jarang terjadi, meskipun terdapat peningkatan insiden plasenta
akreta apabila wanita mengalami plasenta previa, seksio sesaria sebelumnya,
atau peningkatan MSAFP yang tidak dapat dijekaskan.
Plasenta
akreta sebagian mula-mula tampak sebagai
perdarahan kala tiga akut akibat plasenta terlepas sebagian.Diagnosis klinik
ditegakkan ketika perlekatan plasenta ditemukan selama upaya mengangkat
plasenta secara manual.Diagnosis definitive plasenta akreta ditegakkan melalui
pemeriksaan mikroskopik. Plasenta akreta lengkap tidak memiliki tanda dan
gejala karena tidak terjadi pelepasan sebagian, oleh karena itu, tidak ada
perdarahan.Hal tersebut ditemukan selama upaya pengangkatan manual plasenta
yang tertinggal.
Plasenta
akreta merupakan bahaya obstetrik. Setiap kecurigaan bahwa plasenta tertinggal
berhubungan dengan plasenta akreta membutuhkan bidan segera melakukan panggilan
darurat kedokter konsulen. Jika wanita berada diluar rumah sakit, ia sebaiknya
segera dipindahkan kerumah sakit dengan ambulans. Sementara menunggu, bidan
melakukan tindakan semampunya untuk mempertahankan keselamatan wanita dan
mempersiapkannya untuk pembedahan segera. Pada situasi seperti ini, sebaiknya
jangan melakukan upaya apa pun untuk mengangkat plasenta, sebab ini akan
menyebabkan perdarahan yang lebih hebat dan kemungkinan rupture atau inversi
uterus. Dokter kemungkinan akan menangani perawatan wanita dan menentukan
histerektomi darurat.
INVERSI UTERUS
Inversi
uterus adalah keadaan uterus yang benar-benar membalik dari bagian dalam keluar
sehingga bagin dalam fundus menonjol keluar melalu iorifisiumserviks
(inkomplet), turun untuk segera berada dalam introitus vagina (komplet), atau
menonjol keluar melewati vulva (prolapse). Pada dua posisi utama, fundus, pada
pemeriksaan dalam, teraba seperti tumor lunak yang mengisi orifisiumsevik satau
vagina. Depresise perticorong mungkin lebih teraba diabdomen dari pada fundus.
Pada
dasarnya, ada tiga kondisi yang bergabung menyebabkan inversi
uterus.Kondisi-kondisi tersebut adalah atoni uterus, atau uterus yang tidak
berkontraksi, serviks patulus, berdilatasi, dan tekanan fundus atau tarikan
yang disebabkan tarikan tali pusat atau plasenta.
Meskipun
inversi uterus kemungkinan dapat terjadi spontan, hal tersebut lebih sebagai
akibat kesalahan penatalaksanaan kala tiga persalinan. Dalam mempertimbangkan
ketiga kondisi yang disebutkan jelas bahwa bidan memiliki kendali paling besar
pada kondisi ketiga.Inversi uterus dapat terjadi sebagai akibat tekanan fundus
yang disebakan oleh peningkatan tekanan abdomen mendadak, seperti batuk. Namun,
inverse ini tepatnya terjadi akibat salah satu atau kombinasi hal-hal berikut,
masing-masing merupakan tindakan penatalaksanaan yang salah:
1.
Melakukan tekanan fundus dengan satu
tangan pada uterus yang berkontraksi, seperti yang mungkin dilakukan dalam
memfasilitasi pengeluaran plasenta jika uterus digunakan secara keliru
digunakansebagai piston
2.
Meminta ibu mengejan untuk membantu
pengeluaran plasenta tanpa memeriksa terlebih dahulu apakah uterus berkontraksi
3.
Menarik tali pusat sebelum plasenta
terlepas
4.
Menarik plasenta selama pengangkatan
manual sebelum plasenta benar-benar terlepas
Pada
kurang lebih tiga perempat kasus inversi uterus, plasenta melekat sebagian atau
lengkap pada fundus uterus. Inversi uterus spontan untungnya merupakan
kecelakan obsterik yang amat jarang.
Akibat
utama inversi uterus adalah syok. Perdarahan berlebihan dan nyeri uterus berat
dapat muncul atau dapat juga tidak. Diagnosis ditegakkan dengan mengamati
lapisan uterus di luar vulva atau berdasarkan temuan dari pemeriksaan dalam
atau abdomen.Inversi uterus harus dicurigai dan pemeriksaan dalam diagnostic
dilakukan jika wanita mengarah kesyok setelah melahirkan, tanpa alasan yang
jelas.
Pada
kejadian inversi uterus, dokter konsulen sebaik nya dipanggil segera. Sementara
menunggu ambulans, bidan sebaiknya mulai terapi IV dan memberikompres
normal saline pada uterus yang inversi.
Keadaan wanita harus dipertahan kan dan syoknya diatasi sampai dokter tiba di
rumah sakit. Dokter mungkin akan menangani wanita dan mengobati syok dan dengan
mengembalikan posisi uterus. Mengembalikan posisi uterus dapat dilakukan secara
manual jika inverse didiagnosis dan manipulasi dilakukan segera setelah inverse
terjadi. Akan tetapi, jika ada interval
waktu antara inverse dan diagnosis, yang dapat terjadi pada kasus-kasus samar
selama periode post partum, maka prosedur operatif dibutuh kan dalam rangka
mengembalikan posisi uterus.
Reposisi uterus dilakukan dengan plasenta masih
melekat. Kehilangan darah biasanya berhubungan dengan lama waktu uterus
mengalami inversi, tetapiakan berkurang jika plasenta di angkat setelah posisi
uterus di kembalikan. Pengembalian posisi secara manual dikembalikan dengan
menempatkan satu tangan di dalam vagina dengan ujung ujung jari di sekeliling
lingkaran pada sambungan tempat uterus membalik dengan sendirinya dan fundus
yang inversi berada di telapak tangan. Tekanan kemudian diberikan telapak
tangan pada fundus dan ujung-ujung jari pada dinding uterus ujung-ujung jari menggerakkan
dinding uterus ke atas sewaktu fundus direposisi. Tindakan ini harus dilakukan
secara hati-hati agar tidak menusuk atau membuat ruftur dinding uterus yang
lunak. Pada saat yang sama, seluruh uterus di angkat tinggi keluar pelvis, di
atas level umbilikus, dan tahan di situ selama beberapa menit. Tindakan ini
mendapatkan tegangan pada ligamen uterus,yang mempertahankan uterus mengalami
inversi kembali. Prosedur ini biasanya cukup menyakitkan, dan pemberian
anastesia dalam atau relaksan uterus intravena (mis, magnesium sulfat, agens
anestesia terhalogenasi, terbutalin) dianjurkan. Semua obat ini memiliki efek
samping hipotensi dan sebaiknya digunakan dengan sangat hati-hati pada kasus
kehilangan darah berlebihan dan penurunan tekanan darah drastis. Bidan
sebaiknya mengetahui teknik ini dan menggunakannya, dengan atau tanpa obat
penginduksi relaksasi uterus, pada kasus kedatangan dokter ditunda. Sebagian
besar bidan tidak akan melihat komplikasi ini.
E.
Data
Dasar Kala Tiga Persalinan
Menurut
Helen Varney dan Jan . Kriebs. Tahun 2008
Komponen data dasar dalam menetapkan keadaan wanita
selama kala tiga persalinan adalah sebagai berikut:
1.
Evaluasi
berkelanjutan setiap penemuan bermakna sebelumnya
2.
Evaluasi
kemajuan 1Msaltnan
3.
Evaluasi
berkelanjutan pada ibu
4.
Skrining
tanda dan gejala perdarahan kala tiga.
Bidan harus memahami proses kala tiga persalinan dan
parameter normal untuk periode ini guna mengevaluasi data dasar.
Meskipun bidan juga melakukan evaluasi awal dan mengatur
perawatan bayi selama kala tiga persalinan, demi kejelasan tugas-tugas ini
tidak dimasukkan dalam bab ini, tetapi di diskusikan pada bab yang menyinggung
neonatus. Metodologi Leboyeradalah rangkaian tindakan yang harus dilakukan
selama dan segera setelah pelahiran yang bertepatan dengan kala tiga
persalinan. Metodologi ini dijelaskan dengan rinci di Bab 28.
Evaluasi Kemajuan Persalinan
Kala tiga persalinan terdiri atas dua fase berurutan: (1)
pelepasan plasenta dan (2) pengeluaran plasenta, pelepasan dan pengeluaran
terjadi karena kontraksi, yang mulai terjadi lagi setelah terhenti singkat
setelah kelahiran bayi. Kontraksi kurang lebih setiap 2 sampai menit selama
kala dua persalinan. Setelah kelahiran bayi, kontraksi berikutnya mungkin tidak
terjadi selama 3 sampai 5 menit. Kontraksi kemudian berlanjut setiap 4 sampai 5
menit sampai plasenta telah lepas dan keluar. Setelah itu, uterus kosong
berkontraksi dengan sendirinya dan tetap berkontraksi jika tonus otot baik.
Apabila tonus otot tidak baik, seorang wanita akan mengalami peningkatan aliran
lokia dan kontraksi uterus berulang sewaktu uterus relaksasi. Hal ini
menyebabkan nyeri setelah melahirkan.
Pelepasan plasenta adalah hasil penurunan mendadak ukuran
kavum uterus selama dan setelah pelahiran bayi, sewaktu uterus berkontraksi
mengurangi isi uterus. Pengurangan ukuran uterus secara bersamaan berarti
penurunan area perlekatan plasenta. Plasenta, bagaimanapun, ukurannya tetap.
Plasenta pertama mengakomodasi penurunan ukuran uterus ini dengan Cara menebal,
tetapi pada Sisi perlekatan tidak mampu menahan tekanan dan melengkung.
Akibatnya. terjadi pelepasan plasenta dari dinding uterus, di lapisan
spongiosadesidua. Pada Saat plasenta lepas, hematoma terbentuk antara plasenta
yang lepas dan desidua yang tersisa sebagai akibat perdarahan dalam mang
intervili. Hal ini dikenal sebagai hematomaretroplasenta dan ukurannya sangat
bervariasi. Walaupun hematoma ini adalah akibat, bukan penyebab pelepasan
plasenta, hematoma memfasilitasi pelepasan plasenta lengkap.
Setelah lepas, plasenta turun ke segmen bawah uterus atau
ke dalam ruang vagina atas, menyebabkan tanda-tanda klinis berikut akibat
perpisahan plasenta menjadi nyata :
1.
Tetesan
atau pancaran kecil darah yang mendadak
2.
Pemanjangan
tali pusat yang terlihat pada introitus vagina
3.
Perubahan
bentuk uterus dari diskoid ke bentuk globular sewaktu uterus sekarang
berkontraksi dengan sendirinya
4.
Perubahan
posisi uterus: Uterus meninggi di dalam abdomen karena bagian terbesar plasenta
dalam segmen bawah uterus atau ruang vagina atas mendesak uterus ke atas
Pengeluaran plasenta dimulai dengan penurunan plasenta ke
dalam segmen bawah uterus. Plasenta kemudian keluar melewati serviks ke ruang
vagina atas. dari arah plasenta keluar. Pengeluaran plasenta adalah satu dari
dua mekanisme. Mekanisme Schultz jauh lebih umum dari kedua mekanisme tersebut,
meskipun keduanya dianggap normal.
Pengeluaran plasenta mekanisme Schultz adalah pelahiran
plasenta dengan presentasi Sisi janin. Presentasi ini dianggap terjadi ketika
pelepasan dimulai dari tengah disertai pembentukan bikuanretroplasenta sentral,
yang memengaruhi berat plasenta sehingga bagian sentral turun terlebih dahulu.
Hal ini menyebabkan plasenta dan kantong amnion terbalik dan menyebabkan
membran melepaskan sisa desidua dan tertinggal di belakang plasenta. Mayoritas
perdarahan yang terjadi dengan mekanisme persalinan ini tidak terlihat sampai
plasenta dan membran lahir. karena membran yang terbalik menangkap dan menahan
darah.
Pengeluaran plasenta mekanisme Duncan adalah pelahiran
plasenta dengan presentasi Sisi maternal. Presentasi ini diduga terjadi akibat
pelepasan pertama kali terjadi pada bagian pinggir atau perifer plasenta. Darah
keluar di antara membran dan dinding uterus dan terlihat secara eksternal.
Plasenta turun ke samping dan kantong amnion, oleh karena itu, tidak terbalik,
tetapi tertinggal di belakang plasenta untuk pelahiran.
Bantuan ingatan untuk mengidentifikasi secara tepat
pengeluaran plasenta didasarkan pada kemunculan dua Sisi berbeda plasenta. Sisi
janin berkilat dan berkilauan karena diselubungi membran janin, sedangkan Sisi
maternal kasar dan terlihat kemerahan—maka dikatakan "shiny Schultz"
dan "dirtyDuncan".
Evaluasi
Berkelanjutan pada Ibu
Banyak perubahan fisiologis normal terjadi selama kala
satu dan kala dua persalinan, yang berakhir ketika plasenta dikeluarkan. dan
tanda-tanda vital wanita kembali ke tingkat sebelum persalinan selama kala
tiga:
1.
Tekanan
darah: Tekanan sistolik dan distolik mulai kembali ke tingkat sebelum
persalinan.
2.
Nadi:
Nadi secara bertahap kembali ke tingkat sebelum melahirkan
3.
Suhu:
Suhu tubuh kembali meningkat perlahan
4.
Pernapasan:
Kembali bernapas normal
5.
Aktivitas
gastrointestinal: Jika tidak terpengaruh Obat- Obatan, motilitaslambung dan
absorbsi kembali mulai ke aktivitas normal. Wanita mengalami mual dan muntah
selama kala tiga adalah tidak wajar.
6.
Selama kala tiga persalinan minat ibu ke bayinya tampak
jika bayi di atas abdomennya. Jika bayi tidak bersama ibunya, ia akan
mengekspresikan minat dan kepeduliannya dengan pertanyaan: "Apakah bayiku
baik-baik saja?" -Apa Berapa beratnya?" Wanita ingin memastikan
sendiri bahwa bayinya baik-baik saja dan biasanya ingin menyentuh dan
menggendong bayi. Wanita merasa gembira, bangga pada dirinya, lega, dan sangat
lelah. la juga memerhatikan dirinya dan mungkin bertanya apakah ia butuh
jahitan. Ibu yang siap biasanya juga tertarik pada plasenta.
Ibu atau pasangan mungkin ingin menggunakan pendekatan
Leboyer untuk pelahiran bayi dan transisi bayi dari kehidupan intrauteri ke
ekstrauteri.
Rencana Penatalaksanaan untuk Kala Tiga Persalinan
Bagian bab ini secara tegas menyampaikan perawatan
obstetrik ibu selama kala tiga persalinan. Meskipun tidak hanya bidan yang memberikan
perawatan, bidan bertanggung jawab sementara mengatur penatalaksanaan kala
tiga, juga memulai atau mendelegasikan perawatan bayi (mis. mengeringkan bayi,
menghangatkan bayi, memastikan jalan napas bersih) serta memfasilitasi dan
ikatan awal antara ibu-bayi-keluarga
Cara penatalaksanaan kala persalinan plasenta dapat
menyebabkan variasi jumlah perdarahan yang dialami ibu [1]. Percobaan kala tiga
Bristol di Inggris, yang umumnya menggunakan oksitosin pada pelahiran bahu
anterior, menunjukkan bahwa lebih sedikit darah yang hilang pada
penatalaksanaan aktif kala tiga persalinan dibandingkan pada penatalaksanaan
fisiologis kala tiga [4]. Penatalaksanaan aktif didefinisikan sebagai pemberian
oksitosin segera setelah pelahiran bahu anterior, mengklem tali pusatsegera
setelah pelahiran bayi, dan menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk
pelahiran plasenta. Penelitian selanjutnya mengonfirmasi kehilangan darah yang
jauh lebih sedikit pada penatalaksanaan aktif kala t iga, bahkan pada populasi
yang berisiko rendah mengalami perdarahan post-partum [5,6]. Bidan harus yakin
bahwa hanya ada satu bayi yang akan dilahirkan sebelum memberikan oksitosin
setelah pelahiran bahu anterior [7].
Kesalahan penatalaksanaan kala tiga adalah penyebab
tunggal utama perdarahan kala tiga. Kesalahan penatalaksanaan kala tiga dapat
juga menjadi penyebab inversi uterus serta syok yang mengancam jiwa. Komplikasi
yang membahayakan seperti itu dapat dihindari dengan kepatuhan yang ketat
terhadap aturan berikut :
1. Lindungi uterus dengan mencegah diri anda sendiri dan
orang lain melakukan masase uterus segera setelah pelepasan plasenta.
2.
Jangan
lakukan masase uterus sebelum pelepasan plasenta kecuali apabila pelepasan
sebagian telah terjadi dengan proses alamiah dan tampak perdarahan berlebihan
(lihat bab 32).
3.
Jangan
mendorong tali pusat sebelum plasenta tepas, jangan pernah mendorong tali pusat
pada saat uterus tidak berkontraksi.
4.
Jangan
mencoba melahirkan plasenta sebelum pelepasan lengkap terjadi kecuali pada
kondisi darurat perdarahan kala tiga (lihat bab 32).
5.
Menjadi
ahli dalam mendiagnosis pelepasan plasenta.
6.
Apabila
tidak menggunakan penatalaksanaan aktif kala tiga berupa pemberian oksitosin
apapun segera setelah melahirkan bahu anterior, terapkan disiplin pada diri
anda sendiri selama menunggu pasien dan jangan perasa terdesak untuk mengambil
tindakan secara tidak bijaksana dalam proses alamiah.
Pelepasan Plasenta
Selama perawatan awal bayi, bidan harus meminta seseorang
menjaga perineum ibu guna melihat tanda-tanda pelepasan plasenta dan perdarahan
yang berlebihan. (Pada Saat yang sama, ketika bidan melakukan penatalaksanaan
kala tiga, orang tersebut harus terus mengobservasi bayi untuk evaluasi
kesejahteraan bayi yang kontinu.)
Langkah pertama dalam mengelola kala tiga adalah mengevaluasi
kemajuan persalinan dan kondisi Satu tangan ditempatkan di abdomen ibu untuk
merasakan, tanpa melakukan masase, bentuk dan posisi uterus serta menentukan
apakah uterus berkontraksi.
Apabila darah tali pusat akan dikumpulkan, ini Saat yang
tepat untuk mendapatkan spesimen. Darah untuk gas darah tali pusat. jika
dibutuhkan, harus diproses segera. Hal ini dapat dilakukan dengan mengambil
darah secara langsung dari arteri tali pusat, dan secara terpisah, dari vena
pusat ke suntikan berheparin. Darah tali pusat lalu secara hati-hati dialirkan
ke mangkuk steril kecil dengan memegang pusat sementara melepaskan klem tali
pusat. Setelah melepaskan klem, suntikan tanpa jarum diisi dengan darah dari
waskom dan setelah itu dimasukkan ke
dalam tabung darah. Darah untuk gas darah tali pusat tidak dapat diambil dari
waskom darah tali pusat karena mengandung campuran darah vena dan arteri.
Beberapa bidan secara rutin mengalirkan plasenta dengan
mengklem tali pusat dan menampung darah baik di waskom kaki atau wadah
plasenta. Rasional tindakan ini adalah mengalirkan darah plasenta akan
mengurangi volumenya, sehingga memfasilitasi pelepasan plasenta dari dinding
uterus. Validitas rasional ini dipertanyakan, tetapi tidak ada bahaya yang
diketahui akibat mengalirkan darah plasenta. Tindakan ini sangat berharga untuk
dicoba jika anda menganggap pelepasan lambat dan tersedia waktu cukup.
Satu-satunya masalah adalah darah dari plasenta dapat secara bermakna
meningkatkan perkiraan kehilangan darah total kecuali jika dikumpulkan
terpisah.
Setelah spesimen-spesimen darah tali pusat dikumpulkan,
tali pusat digulung mengelilingi klem sampai klem berada di introitus vagina
sehingga traksi dapat secara efektif mengeluarkan tali pusat jika dibutuhkan,
atau jika anda memiliki klem yang lain, anda dapat menempatkannya pada tali
pusat di introitus. (jangan lepaskan klem anda pada tali pusat hanya untuk
memindahkan introitus atau dara menyembur ke mana-mana – bukan ide yang bagus
pada masa penyebaran HIV/AIDS saat ini). Klem ini dipegang dengan satu tangan
sementara tangan lain tetap menjaga uterus.
“Menjaga uterus” berarti benar-benar dimaksudkan begitu.
Sementara tangan anda dalam posisi tetap untuk meyakinkan bentuk, posisi, dan
konsistensi uterus, tangan juga berada dalam posisi untuk menjaga agar orang
lain tidak memasase uterus, sehingga menjaga uterus dan ibu dari komplikasi
yang terjadi akibat tindakan tersebut. Pelepasan plasenta normal dari dinding
uterus dicapai dengan efek kontraksi uterus, seperti yang dirinci dalam bab ini.
Jika uterus dimasase sebelum pelepasan plasenta dari dinding uterus, masase
dapat menyebabkan pelepasan sebagian plasenta, yang berakibat perdarahan.
Bahaya pelepasan sebagian adalah bagian plasenta masih menyatu dengan uterus,
dan uterus tidak mampu berkontraksi cukup kuat untuk meligasi dan membuat
kolaps pembuluh yang dialiri darah, yang terjalin melalui serat otot dalam area
tempat pelepasan telah terjadi, Terjadi perdarahan. Penatalaksanaan komplikasi
ini didiskusikan pada Bab 32.
Jika Anda tidak yakin apakah plasenta telah lepas, Anda
dapat mengecek dengan menggunakan modifikasi perasatBrandt-Andrews. Pegang tali
pusat dengan tegang pada introitus vagina dengan satu tangan, dan gunakan klem
untuk mengungkit. Bawa ujung jari Anda pada tangan yang di abdomen, dengan jari
Anda dekat satu sama lain, lurus ke bawah ke abdomen bawah, tepat di atas
simfisispubis dan lihat apa yang terjadi pada tali pusat (Gambar 31-2). Jika
tali pusat mundur ke ke dalam vagina, .plasenta. belum lepas_ Jika tali pusat
terasa " longgar" dan panjangnya tetap sama atau memanjang melewati
posisinya di introitus vagina, plasenta telah lepas dan Anda dapat melanjutkan
dengan memfasilitasi pengeluaran setelah pelepasan. Prosedur modifikasi ini
berbeda dari perasatBrandt-Andrews dalam hal Anda tidak memberi tekanan pada
uterus untuk menahan atau mendorongnya ke depan (ke atas, dalam abdomen) karena
Anda akan mempermudah pengeluaran plasenta setelah plasenta lepas. Modifikasi
ini tidak berisiko terhadap masase uterus yang tidak bermakna sebelum pelepasan
plasenta.
Jika Anda masih tidak yakin apakah plasenta lepas, ada
metode lain yang dapat Anda gunakan untuk menetapkan lokasi plasenta. Sekali
lagi pegang tali pusat dengan tegang dengan satu tangan pada introitus vagina,
dan dengan satu tangan Anda yang lain ikuti tali pusat ke dalam vagina dengan
jari pemeriksa Anda sampai Anda dapat merasakan apakah tali pusat masuk ke
dalam plasenta atau apakah memanjang melalui serviks dan ke dalam uterus di
luar jangkauan Anda. Pada keadaan yang terakhir, Anda dapat mengasumsikan bahwa
plasenta belum lepas. Pada keadaan yang pertama, Anda mungkin akan menemukan
plasenta di dalam atau pada orifisiumserviks atau dalam lipatan vagina atas dan
jelas lepas. Teknik ini sebaiknya tidak digunakan secara rutin, tetapi disimpan
ketika ada keraguan atau masalah, karena ada risiko memasukkan infeksi setiap
kali Anda memasukkan jari ke dalam vagina dan kemungkinan ketidaknyamanan
tambahan bagi wanita. Secara umum, Anda tidak perlu menggunakan teknik ini,
tetapi sebaiknya diketahui. Lebih baik,-bagaimanapun, menajamkan kemampuan
diagnosis Anda dengan perhatian penuh terhadap tanda-tanda pelepasan plasenta.
Pengeluaran Plasenta
SekaliAnda yakin bahwa plasenta telah lepas, Anda dapat
memfasilitasi usaha ibu mengeluarkannya dengan menggunakan kombinasi
perasatBrandt-Andrews dan menarik tali pusat yang terkontrol. Gunakan tangan
Anda di abdomen ibu untuk meyakinkan bahwa uterus berkontraksi dan topang tubuh
uterus dengan menempatkan telapak tangan Anda tepat di atas simfisispubis dan
tekan berlawanan arah dengan uterus, angkat sedikit ke arah atas menuju
umbilkus. Pada Saat yang sama tangan yang lain tali pusat menggunakan klem
disekelilingtempat pusat yang lebih dibungkus untuk diungkit. Pada Saat sama
Anda minta wanita mendorong. Penting untuk mengingat bahwa plasenta mengikuti
sumbu carus persis yang Janin lalui. Oleh karena itu, mula-mula Anda harus
menarik tali pusat ke bawah dan ke atas sewaktu plasenta tampak untuk pelahiran
yang sebenarnya.
Jangan pernah memberi tarikan pada tali pusat kapan
kecuali uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dan plasenta atau
membran melekat ke dinding uterus, inversi uterus adalah bahaya potensial. Pada
keadaan demikian, tarikan pada tali pusat tidak hanya menarik plasenta tapi
juga dinding uterus yang menyatu. Hal ini merupakan bencana obstetri dan
didiskusipada Bab 32. Inversidicegah dengan mengecek untuk meyakinkan bahwa
uterus berkontraksi sebelum tarikan diberikan pada tali pusat dan dengan tidak
mencoba melahirkan plasenta dengan mendorong pada tali pusat sebelum
benar-benar yakin bahwa pemisahan plasenta telah terjadi.
Demikian juga, mendorong tali pusat dapat menyebabkan
tali pusat terpisah dari plasenta (evulsi), sehingga dibutuhkan pengeluaran
plasenta secara manual sehingga memajan wanita pada trauma yang tidak perlu dan
meningkatkan risiko infeksi intrauterus.
Menopang uterus selama pengeluaran plasenta dan
berhati-hati tidak menggunakan uterus sebagai piston untuk plasenta melalui
kanal vagina sangat berdampak pada kondisi ginekologis. Menggunakan uterus
sebagai piston meregangkan ligamen kardinal dan berpotensi menyebabkan prolaps
uterus di kemudian hari, terutama jika dilakukan dengan penuh semangat atau
berulang pada tiap pengalaman melahirkan.Tidak menggunakan uterus sebagai
piston merupakan upaya pencegahan prolaps uterus.
Harus dicatat bahwa pengeluaran plasenta bukan masalah
yang membutuhkan usaha fasilitatif oleh bidan jika ibu menggunakan posisi
natural, seperti berjongkok. Memposisikan wanita datar atau pada posisi
rekumbenagak naik meniadakan arah ke bawah dan keluar vagina dan efek
gravitas.. yang merupakan dorongan fasilitatif alami ketika wanita berada di
posisi tegak.
Waskom ditempatkan di bawah perineum untuk menampung
darah dan menahan plasenta ketika dilahirkan. Jika wanita berada pada posisi
litotomi, alas ditempatkan antara bokong wanita dan tubuh bidan, sehingga kedua
tangan bebas untuk mengatur kala tiga Penggunaan Waskom plasenta untuk
menampung darah memungkinkan mengukur mayoritas kehilangan darah dan juga
meminimalkan darah tercecer.
Sewaktu plasenta dilahirkan, di bolehkan menyorongkan secara
lembut ke bawah sisi waskom plasenta, yang lebih diposisikan pada sisinya pada
introitus vagina untuk tujuan ini, atau dibawa ke tangan bidan pada introitus
vagina. Apa pun caranya, prinsip yang digunakan tidak membiarkan plasenta jatuh
jauh dari level introitus vagina karena dapat menyebabkan membran selanjutnya
(after-coming), yang mungkin masih mengelupas dari dinding uterus sewaktu
plasenta dilahirkan, terobek, terlepas dan tertahan (lihat gambar 31-3).
Kala tiga berakhir jika membran segera mengikuti plasenta
dan dilahirkan bersama plasenta. Tetapi, kadang-kadang membran tersangkut di
belakang dan terancam robek jika timbul tegangan pada membran. Pada keadaan
seperti itu, membran dapat diusik keluar dalam satu dari dua cara.
Satu cara mengambil klem (klem Kelly lebih disukai, bisa
juga cincin forsep besar) dan menempatkannya pada membran di introitus vagina.
Jika ibu tidak berbaring pada posisi dorsal, satu tangan terus menyangga
plasenta, atau waskom dengan plasenta di dalamnya, dalam rangka mencegah
tegangan pada membran. Atau, tangan anda dapat di abdomen ibu, menstabilkan
uterus. Tangan anda yang lain memanipulasi membran yang sudah diklem dengan
secara lembut menggoyangnya ke atas dan ke bawah, sisi ke sisi sementara
menariknya sedikit demi sedikit (lihat gambar 31-4). Anda akan mampu menilai
jumlah tarikan yang dibutuhkan karena anda akan merasakan.
F. Asuhan Keperawatan Kala III
Persalinan
Menurut Mary Fances Moorhouse : 2001 edisi 2 halaman 313
Persalinan:
Tahap III (pengeluaranplasenta)
Persalinantahap
III mulai dengan kelahiran bayi dan diselesaikan dengan pelepasan dan pengeluaran
plasenta.Berakhir kapan sajadari 1sampai 30 menit, dengan rata-rata lama 3-4
menitpadamulipara, dan 4-5 menit pada multipara, tahap ini paling pendek.
Penatalaksanaan dan pemantauan yang cermat perlu, namun untuk mencegah hasil
negative jangka panjang dan jangka pendek.
PENGKAJIAN DASAR DATA KLIEN
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Perilakudapatdirentangdarisenangsampaikeletihan
SIRKULASI
Tekanan
darah (TD) meningkat saat curah jantung meningkat, kemudian kembali ketingkat
normal dengan cepat.
Hipotensi
dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesic dan anestesi Frekuensina dimelambat
pada respon terhadap perubahan curah jantung.
MAKANAN/CAIRAN
Kehilangan
darah normal, kira-kira 250-300 ml
NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Dapat
mengeluh tremor kaki/menggigil
KEAMANAN
Inspeksi
manual pada uterus dan jalan lahir menentukan adanya robekan atau laserasi. Perluasan
episiotomy atau laserasi jalan lahir mungkin ada.
SEKSUALITAS
Darah
yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat
plasenta lepas dari endometrium, biasanya dalam1-5 menit setelah melahirkan bayi.
Tali pusat memanjang pada muara vagina
Uterus
berubah dari discoid menjadi bentuk globular dan meninggikan abdomen
PRIORITAS
KEPERAWATAN
1.
Meningkatkan kontraktilitas uterus
2.
Mempertahankan volume cairan sirkulasi
3.
Meningkatkan keamanan maternal dan bayi barulahir
4.
Mendukunginteraksiorangtua-bayi
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
KEKURANGAN VOLUME CAIRAN ,RISIKO TINGGI TERHADAP
Faktor risiko dapat meliputi:
Kurang / pembatasan masukan oral, muntah, diaphoresis,
peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari, atoniauterus, laserasi jalan
lahir, tertahannya fragmenplasenta
Kemungkinandibuktikanoleh:
(tidak dapat diterapkan, adanya tanda / gejala untuk menegakkan diagnosaaktual)
Hasil yang diharapkan klienakan:
Menunjukan TD dan nadi dalam batasn ormal (DBN) nadi dapatdiraba.Mendemonstrasikan
kontraksi adekuat dari uterus dengan kehilangan
darah DBN
TINDAKAN/INTERVENSI
Instruksikan
klien untuk mendorong pada kontraksi; bantu mengarahkan perhatiannya untuk mengejan
Rasional:
Perhatian klien secara alami pada bayi baru lahir; selain itu, keletihan dapat mempengaruhi
upaya-upaya individu, dan ia memerlukan bantuan dalam mengarahkan kearah membantu
pelepasan plasenta. Mengejanmem bantu pelepasan
dan pengeluaran, menurunkan kehilangan darah, dan meningkatkan kontraksi uterus
Kajitanda
vital sebelum dan setelah pemberian oksitosin
Rasional:
efek samping oksitosin yang sering terjadi adalah hipertensi Palpasiuterus; perhatikan
”ballooning”
Rasional
: menunjukkanrelaksasi uterus dengan perdarahan kedalamrongga uterus
Pantau
tanda dan gejala kehilangan cairan berlebihan atau syok (mis., periksa TD, nadi, sensorium, warnakulit,
dansuhu).
Rasional
: hemoragi dihubungkan dengan kehilangan cairan lebih besar dari 500 ml dapat dimanifestasikan oleh peningkatan
nadi, penurunan TD, sianosis, disorientasi, pekarangsang, dan penurunan kesadaran.
Tempatkan
bayi di payudara klien bilaia merencanakan untuk memberi ASI
Rasional
: penghisapan merangsang pelepasan oksitosin dari hipofisisposterior, meningkatkan
kontraksi miometrik dan menurunkan kehilangan darah
Masase
uterus dengan perlahan setelah pengeluaran
plasenta
Rasional
: myometrium berkontraksi sebagai respon sterhadap rangsang taktil lembut, karenanya
menurunkan aliran lokia dan menunjukan bekuan darah
Catat
waktu dan mekanisme pelepasan plasenta; mis,mekanisme Duncan versus mekanisme schulze.
Rasional:
pelepasan harus terjadi dalam 5 menit setelah kelahiran. Kegagalan untuk lepas memerlukan pelepasan manual.
Lebih banyak waktu diperlukan bagi plasenta untuk lepas, dan lebih banyak waktu
di mana myometrium tetap rileks, lebih banyak darah hilang.
Inspeksi
permukaan plasenta maternal dan janin. Perhatikan ukuran, insersitali pusat, keutuhan,
perubahan vascular berkenaan dengan penuaan,dan
klasifikasi (yang mungkin menimbulkan abrupsi)
Rasional:
membantu mendeteksi abnormalitas yang mungkin berdampak pada keadaan ibu atau bayi
baru lahir
Dapatkan
dan catat informasi yang berhubungan dengan
inspeksi uterus dan plasenta untuk pragmen plasenta yang tertahan
Rasional:
jaringan plasenta yang tertahan dapat menimbulkan
infeksi pasca partum dan hemoragi segera atau lambat. Bila terdeteksi, fragmen harus
dilepaskan secara manual atau dengan instrument yang tepat Hindari menarik talipusat
secara berlebihan
Rasional:
kekuatan dapat menimbulkan putusnya tali pusat dan retensifragmen plasenta, meningkatkan
kehilangan darah
Berikan
cairan melaluirute parenteral
Rasional:
bila kehilangan cairan berlebihan, penggantian secara parenteral membantu memperbaiki
volume sirkulasi dan oksigenasi dari organ vital
Berikan oksitosin melalui rute IM atau IV drip
diencerkan dalam larutan elektrolit, sesuai
indikasi. Preparatergot IM dapat diberikan
pada waktu yang sama
Rasional:
meningkatkan efek vasokonstriksi dalam uterus untuk mengontrol perdarahan pasca
partum setelah pengeluaran plasenta. Bolus IV dapat mengakibatkan hipertensi
maternal. Intoksikasi air dapat terjadi bila larutan elekrolit digunakan
Dapatkan
dan catatin formasi yang berhubungan dengan inspeksi jalan lahir terhadap
laserasi. Bantu dengan perbaikan serviks ,vagina,dan luasnya episiotomy
Rasional:
laserasi menimbulkan kehilangan darah; dapat menyebabkan hemoragi
Bantu
sesuai kebutuhan dengan pengangkatan plasenta secara manual di bawahan estesiumum
dan kondisisteril
Rasional:
intervensi manual perlu untuk memudahkan
pengeluaran plasenta dan menghentikan hemoragi
Tinggikan
fundus dengan memasukkan jari terus kebelakang
dan menggerakan badan uterus keatas simfisis pubis
Rasional:
dapat diminta oleh praktisi untuk memudahkan pemeriksaan Internal
DIAGNOSA
KEPERAWATAN: CEDERA,RISIKO TINGGI TERHADAP,MATERNAL
Faktorrisikodapatmeliputi:
posisiselamamelahirkan/pemindahan ,kesulitandenganpelepasanplasenta
,profildarah abnormal.
Kemungkinan
dibuktik
|
[Tidak dapat
di terapkan adanya tanda/gejala untuk menegakan diagnosa aktual]
|
HASIL YANG
DIHARAPKAN KLIEN AKAN:
|
Mengobservasi
tindakan kamanan bebas dari cedera maternal
|
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
Palpasi fundus
dan masase dengan perlahan.
Masase fundus
dengan perlahan setelah pengeluaran plasenta. (Rujuk pada DK: Kekurangan
Volume Cairan, risiko tinggi terhadap.)
Kaji irama
pernapasan dan pengembangan.
Bersihkan
vulva dan perineum dengan air dan larutan antiseptik steril; berikan pembalut
perineal steril.
Rendahkan kaki
klien secara simultan dari pijakan kaki.
Bantu dalam
berpindah -dari meja melahirkan ke tempat tidur atau brankar, dengan tepat.
Kaji perilaku
klien, perhatikan perubahan SSP.
Dapatkan
sampel darah tali pusat; kirimkan ke laboratorium untuk menentukan golongan
darah bayi baru lahir. Catat informasi berkenaan dengan sampel yang dikirimkan.
Kolaborasi
Gunakan
bantuan ventilator bila diperlukan.
|
RASIONAL
Memudahkan
pelepasan plasenta.
Menghindari
rangsangan/trauma berlebihan pada fundus.
Pada pelepasan
plasenta, bahaya ada berupa emboli cairan amnion dapat masuk ke sirkulasi
maternal, menyebabkan emboli paru, atau perubahan cairan dapat mengakibatkan
mobilisasi emboli.
Menghilangkan
kemungkinan kontaminan yang dapat mengakibatkan infeksi saluran asenden
selama periode pascapartum.
Membantu
menghindari regangan otot.
Klien mungkin
tidak dapat menggerakkan tungkai bawah karena efek lanjut dari anestesi.
Perawatan blok pasca spinal atau blok sadel dapat menyebabkan klien tetap
datar selama beberapa jam setelah melahirkan, meskipun kewaspadaan adalah
kontroversial.
Peningkatan
tekanan intrakranial selama mendorong dan peningkatan curah jantung yang
cepat membuat klien dengan aneurisma serebral sebelumnya berisiko terhadap
ruptur.
Bila bayi
adalah Rh-positif dan klien Rh-negatif, klien akan menerima imunisasi dengan
imun globulin Rh (Rh-Ig) pada periode pascapartum. (Rujuk pada Bab 6, MK:
Klien pada 4 Jam sampai 3 Hari Pasca Partum.)
Kegagalan
pernapasan dapat terjadi mengikuti emboli amnion atau pulmoner.
|
TINDAKAN/INTERVENSI
Kolaborasi
Bila terjadi
inversi uterus:
Berikan
penggantian cairan, pasang kateter perkennhan dapatkan golongan darah dan
pencocokan silang; pantau tanda vital, dan pertgiankan pencatatan
masukan/haluaran dengan cermat.
Berikan
oksitosin I.V., posisikan kembali uteris di bawah pengaruh anestesi, dan
berikan ergonovin maleat (ergotrat) I.M. setelah penempatan uterus kembali.
Bantu dengan tampon uterus sesuai indikasi.
Berikan
antibiotik profilaktik.
|
RASIONAL
Hemoragi
maternal cepat dan syok mengikuti inversi, dan intervensi segera untuk menyelamatkan
jiwa diperlukan. Fungsi ginjal adalah indikator bermanfaat dari tingkat
cairan/perfusi jaringan.
Meningkatkan
kontraktilitas miometrium uterus.
Membatasi
potensial infeksi endometrial.
|
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
Fasilitasi
interaksi antara klien/pasangan dan bayi baru lahir sesegera mungkin setelah
melahirkan.
Berikan klien
dan ayah kesempatan untuk menggendong bayi dengan segera setelah kelahiran
bila kondisi bayi stabil.
Tunda
penetesan salep profilaksis mata (mengandung eritromisin atau tetrasiklin)
sampai klien/pasangan dan bayi telah berinteraksi.
|
RASIONAL
Membantu
mengembangkan ikatan emosi sepanjang hidup di antara anggota-anggota
keluarga. Ibu dan bayi mempunyai periode yang sangat sensitif pada waktu di
mana kemampuan interaksi ditingkatkan.
Kontak fisik
dini membantu mengembangkan kedekatan. Ayah juga lebih mungkin untuk
berpartisipasi dalam aktivitas merawat bayi dan merasa ikatan emosi lebih
kuat bila mereka secara aktif terlibat dengan bayi segera setelah kelahiran.
Memungkinkan
bayi untuk mernbuat kontak mata dengan orangtua dan secara aktif
berpartisipasi dalam interaksi, babas dari penglihatan kabur yang disebabkan
oleh obat.
|
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
Berikan
selimut penghangat.
Kolaborasi
Bantu dalam
perbaikan episiotomi, bila perlu.
Berikan
testosteron sipionat/estradiol valekat (Deladumone atau Ditate) dengan segera
setelah melahirkan plasenta, bila klien memilih untuk tidak menyusui
bayinya. Berikan informasi tentang efek samping, dan yakinkan bahwa klien
memahami efek-efek estrogen dan testosteron.
|
RASIONAL
Tremor/menggigil
pada pasca-melahirkan mungkin karena hilangnya tekanan secara tiba-tiba pada
saraf pelvis atau kemungkinan dihubungkan dengan transfusi janin-ke-ibu yang
terjadi pada pelepasan plasenta. Kehangatan meningkatkan relaksasi otot dan
meningkatkan perfusi jaringan, menurunkan kelelahan dan meningkatkan rasa
sejahtera.
Penyambungan
tepi - tepi memudahkan penyembuhan.
Meskipun masih
digunakan oleh beberapa dokter untuk menekan laktasi, preparat estrogen
telah dihubungkan dengan efek merugikan yang serius, seperti tumor hepar dan
peningkatan pembekuan. Klien perlu menyadari risiko ini. (Catatan: Obat
terbaru pilihan adalah bromokriptin (Parlodel), dan pemberian biasanya
dimulai 4 jam setelah melahirkan.)
|
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kala III merupakan tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir.
Kala III merupakan tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir.
Persalinan kala tiga
dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban.
Pada kala III, otot uterus
(miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah
lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semkin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat, menebal dan kemudian
lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah
uterus atau ke dalam vagina.
B. Saran
Memperhatikan keselamatan
ibu dan janin sangatlah penting pada persalinan, untuk itu sebagai tenaga para
medis, tenaga kesehatan harus mampu memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan
benar sesuai dengan standar.
DAFTAR
PUSTAKA
Helen Varney dan Jan .M Kriebs,2008 Asuhan kebidanan edisi 4 volume
2 ,jakarta : EGC
Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH,1998 Sinopsis
Obstetri, jakarta :EGC
Diane M. Freser dan Margaret A. Cooper, 2011 Buku Ajar Bidan edisi
revisi : jakarta : EGC
Vicky Chapma,2006 Asuhan kebidanan Persalinan dan kelahiran :
Jakarta :EGC